Kondisi global saat ini masih gonjang ganjing. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai tak hanya tensi geopolitik yang masih tinggi hingga volatilitas harga komoditas menjadi pertanda bahwa Indonesia masih harus terus waspada.
Konflik antara Israel dan Palestina serta Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung. Kondisi pun diperparah lagi dengan pengetatan perdagangan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) terhadap Republik Rakyat Tiongkok (RRT) alias China.
"APBN kita tentu sangat dipengaruhi kondisi ekonomi dan global. Kita lihat dari kondisi global, sisi geopolitik, volatilitas harga, dan juga dari sisi trade war antara dua kekuatan ekonomi besar dunia yaitu Amerika Serikat dan RRT (China) tentu akan mempengaruhi kinerja perekonomian yang harunya terus kita antisipasi," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (27/5/2024).
Meski demikian, di tengah rambatan situasi global tersebut Indonesia masih membukukan pertumbuhan yang positif. Pada kuartal I 2024 ini, pertumbuhan Indonesia mencapai 5,11% secara tahunan (year-on-year/yoy). Kondisi ini ditopang konsumsi rumah tangga yang tumbuh kuat.
"Yang perlu kita syukuri dan kita jaga adalah meskipun terjadi dinamika global, kuartal I kita tumbuh 5,11%. Ini agregat demand tadi cukup kuat, konsumsi, investasi, bahkan ekspor kita mulai tumbuh positif dan government spending yang memberikan dukungan sangat kuat," paparnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani mengingatkan agar RI jangan berpuas diri dengan kinerja positif di bulan April. Indonesia tetap perlu memantau dan memonitor pergerakan situasi dunia yang terus berubah.
"APBN harus terus kita jaga bersama untuk melindungi masyarakat, mendorong transformasi ekonomi kita dan menciptakan pembangunan inklusif dan berkesinambungan," jelas dia.
(shc/kil)