Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) baru saja meluncurkan modelling Penangkapan Ikan Terukur (PIT) pertama di Indonesia. Penerapan model ini diproyeksikan akan menambah jumlah transaksi perikanan di Provinsi Maluku hingga Rp 48,4 miliar per bulan.
Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) KKP TB Haeru Rahayu mengatakan untuk tahap awal pengembangan modelling PIT akan difokuskan di dua wilayah pada zona 3 perikanan, antara lain Kota Tual dan Kepulauan Aru di Provinsi Maluku. Modelling ini merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap tata kelola pengelolaan sumber daya ikan yang berbasis ekologi sebagai fokus utama dan pemerataan pertumbuhan industri perikanan.
Dalam proses implementasi model PIT di zona 3, total ada sebanyak 187 kapal yang sebelumnya menyetor ikan ke zona 6 Jakarta, kini telah disinergikan untuk menjaring dan menyetor ikan di Tual dan Kepulauan Aru. Diestimasikan transaksi bisa dihasilkan Rp 48,4 miliar per bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil produksi ikan dari 187 kapal ini diestimasi sekitar 4.578 ton setiap bulanya, dengan nilai transaksi sekitar Rp 48,4 miliar dalam satu bulanya. Nilai ini masih sangat kecil, namun izinkan kami akan selalu memotivasi teman-teman mensinergikan semuanya," kata Haeru, dalam sambutannya di acara peluncuran PIT di Tual, Maluku Tenggara, Minggu (2/6/2024).
Haeru mengatakan, kunci utama dari kelancaran proses transformasi tak lain dalah sinergi antar pemangku kepentingan. Oleh karena itu, serangkaian pertemuan dilakukan dalam menggagas modelling PIT di Provinsi Maluku hingga lahirlah kerja sama bisnis hulu hilir perikanan.
Adapun untuk tahap awalannya, kerja sama telah disepakati antara pemerintah bersama PT Samudera Indo Sejahtera (SIS) dan PT Industri Perikanan Arafura (IPA), serta bersama sejumlah koperasi nelayan di pantai utara (Pantura) Jawa.
"Kerjasama bisnis ini menjadi bagian dari modeling dan Insyaallah ini bagian dari uji coba pelaksanaan prinsip-prinsip Penangkapan Ikan Terukur di zona 3, termasuk implementasi konsep zona dan sop terutama sop yang menyangkut kedatangan dan keberangkatan kapal yang terintegrasi," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, modelling PIT ditujukan untuk meningkatkan produktivitas di daerah sehingga diharapkan dapat menjadi katalisator dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Ia juga berharap, berkat langkah ini pertumbuhan ekonomi di Maluku bisa naik hingga 5-6 kali lipat.
"Ini belum 100% kita jalankan, tapi ini kita mulai dijalankan dengan baik supaya nanti harapan saya itu ekonomi akan tumbuh, syukur bisa naik terus. Tapi kalau kita bisa, di wilayah sini bisa 5-6 kali pertumbuhannya itu, mungkin secara signifikan kontribusinya cukup besar untuk pertumbuhan ekonomi (Indonesia)," kata Trenggono, dalam kesempatan berbeda.
Trenggono menjelaskan, ekonomi daerah bisa didorong melalui langkah pemusatan produktivitas, di mana penangkapan hingga pengolahan hasil tangkapan akan dilakukan langsung di Tual dan Kepulauan Aru.
"Tenaga kerjanya juga bisa diambil dari sini, sehingga nanti multiplier efeknya besar sekali, Itu harapannya. Jadi kita sedang dalam proses pengujian," imbuhnya.
Selain Tual dan Kepulauan Arafura, pihaknya menargetkan akan ada tiga titik pengembangan modeling PIT lainnya di Zona 3 sehingga totalnya akan ada 5 area modelling. Menurutnya, beberapa titik potensial ada di kawasan pantai Papua seperti Merauke hingga Ambon, Maluku.
(shc/kil)