Mendagri Ungkap Ilmu Jokowi Tekan Inflasi, Bukan Sontek Negara Lain

Mendagri Ungkap Ilmu Jokowi Tekan Inflasi, Bukan Sontek Negara Lain

Aulia Damayanti - detikFinance
Sabtu, 08 Jun 2024 12:19 WIB
Presiden Joko Widodo serahkan DIPA 2020 kepada sejumlah menteri dan gubernur. Beberapa diantaranya adalah Mendagri Tito Karnavian hingga Gubernur Anies Baswedan
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menerima dokumen daftar isian pelaksanaan anggaran kementerian dari Presiden Joko Widodo.Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian bercerita bagaimana awal dirinya mendapat titah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengendalikan inflasi. Tito mengatakan hal itu diminta kepadanya pada 2022 saat inflasi Indonesia sempat menginjak angka 6%.

Tepatnya, waktu itu inflasi sedang memuncak pada September 2022 kemudian dia dipanggil Jokowi. Kini inflasi telah terkendali turun menjadi 2,84% per Mei 2024.

"Dan kita memang pemerintah pusat menargetkan kendali inflasi pada angka 2,5% plus minus 1%, artinya maksimal 3,5% dan paling rendah 1,5%," kata Tito dikutip dari Antara, Sabtu (8/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tito pun bercerita saat Jokowi menyampaikan kepadanya bahwa langkah yang harus dilakukan adalah daerah harus dikendalikan dan tidak boleh diam saja.



Karena ilmunya menangani inflasi itu, lanjut Tito, menurut Harvard cuma satu instrumen dan berlaku di seluruh dunia, yaitu pengendalian bunga bank.

ADVERTISEMENT

"Ketika kemudian terjadi inflasi tinggi maka suku bunga dinaikkan, begitu suku bunga dinaikkan maka produksi akan turun, demand (permintaan) juga akan turun, otomatis inflasi akan turun. Tapi ketika inflasi terlalu rendah, maka bunga juga akan direndahkan supaya demand akan naik. Ilmunya itu," papar Tito.

Namun Jokowi tidak setuju cara seperti itu . Jokowi meminta Tito menangani inflasi seperti mengatasi wabah pandemi COVID-19, yang melibatkan semua pihak sampai ke daerah.

"Pak Jokowi bilang nggak, kita pakai ilmu yang lain, ilmu COVID-19. Semua seluruh dunia tidak ada yang ahli COVID, karena COVID yang terakhir sekali pandemi adalah pada saat tahun 1927 artinya 100 tahun lebih," ungkap Tito.

Ilmu itu kemudian yang diminta Jokowi diterapkan untuk mengendalikan inflasi. Tito mengatakan Jokowi juga meminta semua pemangku kepentingan berkumpul setiap daerah dicek dengan menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Melalui mekanisme itu, lanjut Tito, pengendalian inflasi bisa di angka 2,84% dan bahkan di bulan Mei 2024 pertama kali sejak September 2022 secara bulanan terjadi deflasi yaitu minus 0,03%.

"Biasanya makanan, minuman, tembakau selalu merah. Baru bulan Mei 2024, makanan, minuman, tembakau yang bisa selalu merah ini justru deflasi 0,29 persen," ujarnya.

Di sisi lain pencapaian itu juga tak lepas dari kerja keras Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi yang bekerja di bidang pangan.

Tito juga mengatakan Jokowi orang yang tepat dikatakan sebagai "Bapak Pengendali Inflasi". Hal itu, menanggapi pernyataan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang menyebut bahwa dirinya sebagai "Bapak Pengendali Inflasi.

"Jadi, sebetulnya Bapak Inflasinya adalah Bapak Jokowi, tapi sebetulnya yang bekerja Pak Menteri Pertanian, Kepala Badan Pangan dan Direktur Bulog sebetulnya. Kami (Kemendagri) hanya membantu mengkoordinir saja," pungkasnya.

(ada/hns)

Hide Ads