Modal Kreatifitas, Manusia Patung di Kota Tua Bisa Cuan Rp 3 Juta/Hari

Modal Kreatifitas, Manusia Patung di Kota Tua Bisa Cuan Rp 3 Juta/Hari

Ignacio Goerdi Oswaldo - detikFinance
Minggu, 09 Jun 2024 21:30 WIB
Manusia Patung di Kota Tua
Eko, manusia patung di Kota Tua (Foto: Ignacio Geordi Oswaldo/detikcom)
Jakarta -

Kawasan wisata Kota Tua di Jakarta terkenal akan beragam atraksi sejarah dan budaya nasional. Termasuk di antaranya ada para seniman manusia patung. Mereka merias seluruh tubuhnya menyerupai patung sosok tertentu untuk menarik pengunjung yang ingin berfoto.

Meski begitu, bekerja sebagai manusia patung di Kota Tua ternyata tidaklah mudah. Karena para seniman ini tidak hanya mewarnai badan mereka dengan cat dengan asal-asalan, tapi harus juga memiliki kreativitas tinggi untuk menyiapkan properti tertentu mulai dari kostum hingga alat peraga atau atraksi setema dengan sosok yang diperankannya.

Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu faktor penunjang penceritaan tokoh yang diperankan. Selain itu alat-alat peraga yang disiapkan para manusia patung sering kali juga bisa digunakan pengunjung yang datang sebagai properti untuk foto bersama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang manusia patung Kota tua bernama Eko mengatakan dirinya membutuhkan cukup banyak waktu untuk menyiapkan kostum dan alat peraga lainnya. Ia sendiri tidak bisa menjelaskan secara pasti berapa waktu atau biaya yang diperlukan untuk membuat semua perlengkapan itu.

Sebab menurutnya, setiap properti yang dikenakan ia buat dengan 'dicicil' alias tidak langsung jadi. Secara rutin ia beli satu per satu bahan yang dibutuhkan untuk membuat perlengkapan.

ADVERTISEMENT

"Dicicil mas, saya bisa bikin sepeda (salah satu alat peraga miliknya) seperti ini tuh dari tahun 2017. Maksudnya bertahap, karena apa yang kami dapat ya kita gunakan. Karena kita hanya bisa mengandalkan apresiasi, kalau lagi ramai yang saya sisihkan (sebagian pendapatannya) buat cicil properti biar makin bagus, makin detail," jelas Eko saat ditemui detikcom, Kamis (6/6/2024) kemarin.

Meski begitu, ternyata kerja kerasnya tersebut membuahkan cukup hasil. Ia mengaku sehari-hari bisa mengumpulkan sampai Rp 100 per hari, walaupun jumlah ini sangat relatif alias tidak tetap. Namun ia mengaku, paling tinggi dalam sehari bisa mendapat Rp 3.000.000.

"Tentatif (tidak pasti) sih ya, saya sendiri dalam sehari nggak ada yang foto (tidak mendapat uang) pernah. Cuma dapat Rp 15.000 pernah, Rp 30.000 pernah, Rp 50.000 sering, Rp 100.000 rata-rata," katanya.

"Tapi saya pernah mendapat Rp 1 juta, Rp 2 juta. Ini sebelum covid tapi ya, bahkan sebelum covid itu titik tertinggi pernah Rp 3 juta. Jadi waktu itu kan ada CFD, dari subuh saya sudah berangkat ke HI, sampai jam 9 itu saya sudah sampai seribu (1 juta). Balik lagi ke Kota Tua, di Kota Tua seribuan lebih. Sorenya saya ambil lagi job cuma main 3 jam," jelas Eko lagi.

Selain itu Eko mengaku sering diundang untuk acara-acara tertentu untuk tampil sebagai manusia patung. Untuk menghadiri acara itu, ia biasanya sudah mendapatkan bayaran dari penyelenggara.

Sedangkan uang apresiasi masih bisa ia dapat sebagai tambah-tambahan. Karena hal inilah ia sebetulnya lebih berharap mendapat penghasilan dari undangan acara-acara.

Senada dengan itu, seorang manusia patung lain bernama Wahyu juga mengatakan tidak mudah untuk melakoni profesi tersebut. Selain harus siap pegal-pegal karena harus berpura-pura sebagai patung untuk waktu yang lama, ia juga dituntut kreatif untuk bisa membuat propertinya sendiri.

Untuk properti besar seperti sepeda dan hiasan belakang 'panggung' untuk tampil sebagai patung, ia mengatakan proses pembuatan dilakukan dengan cara dicicil. Sedangkan untuk alat peraga lain seperti topi yang bisa digunakan pengunjung misalnya, ia biasa beli jadi kemudian diwarnai.

"Susah dihitung (modal dan waktu yang dibutuhkan untuk membuat properti), karena kan kita bikinnya nyicil, nggak langsung jadi. Contohnya ini sepeda, kan kita beli dulu kerangkanya, pelan-pelan kita hias," kata Wahyu.

"Tapi kalau buat senjata ini biasanya sih modal triplek Rp 50 ribu kita butuh satu lembar cukup (untuk satu senjata). Nanti kita bentuk biar kaya senjata terus diwarnai," terangnya lagi.

Wahyu sendiri cukup enggan untuk mengungkapkan berapa besaran pendapatan yang bisa ia dapat sebagai seorang manusia patung Kota Tua. Ia hanya mengatakan cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Hal serupa juga dirasakan oleh manusia patung lainnya bernama Yusuf yang harus menyiapkan alat peraganya sendiri agar bisa tampil maksimal di Kota Tua Jakarta.

(das/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads