Satu per satu warga bantaran anak Kali Ciliwung kawasan Cililitan, Jakarta Timur, meninggal rumahnya kosong terbengkalai. Kondisi ini membuat kawasan tersebut jadi sepi hingga dijuluki sebagai 'Kampung Zombie'.
Ketua RT 06 Nur Hidayat mengatakan rumah-rumah ini ditinggal para pemiliknya karena kawasan itu sering terendam banjir. Sialnya, karena sering terendam banjir ini juga lah rumah-rumah tersebut tidak laku dijual hingga akhirnya dibiarkan begitu saja dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
"(Rumah-rumah kosong) ya ditinggalin begitu saja. Nggak laku, mana mau (orang beli) karena banjir. Ditempatin banjir, yang bertahan (untuk tetap tinggal di Kampung Zombie) karena ya rumah sendiri dan nggak mampu untuk pindah kan," kata Nur saat ditemui detikcom, Rabu (19/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, para pemilik rumah sudah mencoba untuk menjual bekas hunian mereka dengan harga yang sangat murah. Bahkan dari harga tanah di kawasan itu normal Rp 6,5 juta per meter segi, namun saat ditawarkan untuk dijual Rp 2,5 juta per meter persegi masih tidak ada yang mau.
"Ya ditawari tapi nggak ada yang mau, ini dari NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) 6,5 juta per meter persegi, kita tawar Rp 2,5 juta lah per meter persegi, masih nggak laku," jelasnya.
Karena itu sebenarnya Nur bersama warga yang lain kerap mengeluhkan kondisi rawan banjir ini kepada Pemerintah Daerah melalui Kantor Kelurahan Cililitan. Namun satu-satunya solusi yang bisa diberikan hanyalah merelokasi warga ke rumah susun terdekat.
Sebab Pemda tidak bisa memberikan ganti rugi pembebasan lahan kepada warga sekitar karena Kampung Zombie tidak termasuk dalam kawasan program normalisasi Kali Ciliwung. Nur mengaku sebenarnya meski hanya mendapat ganti rugi pembebasan sedikit saja dari Pemda, warga pasti akan setuju untuk direlokasi.
"Ya maunya pemerintah tuh lihat, Kelurahan, kita sudah sharing, tapi mereka bilang nggak bisa ganti rugi. Tinggalkan rumah ini, sewa rusun. Ya nggak ada yang mau lah ditinggal begitu saja," keluhnya.
"Ini (Kampung Zombie) kan nggak masuk program (normalisasi) Kali Ciliwung, ini kan di Kali Item kita sebutnya, anak Kali Ciliwung. Kalau bisa diganti rugi, wah kita sudah pada pindah, sudah pada setuju," tambahnya lagi.
Ia bahkan mengatakan warga sekitar akan setuju meski Pemda hanya memberi ganti rugi Rp 2-2,5 juta per meter. Karena Nur dan warga lainnya memang sudah sangat jenuh sering terkena banjir.
"Kalau mau dibeli Rp 2,5 juta, Rp 2 juta saja lah, pada mau pindah pasti. Kalau cuma dikasih rusun doang, nyewa atau nyicil beli ya nggak ada yang mau. Orang nggak ada uangnya. Kalau ini diganti kan lumayan uangnya untuk pindah itu kan," ucap Nur.
(fdl/fdl)