Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tertahan di 5,1% hingga 2026

Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tertahan di 5,1% hingga 2026

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 26 Jun 2024 10:57 WIB
Pemulihan ekonomi nasional di tahun 2021 masih memiliki tantangan besar. COVID-19 masih menjadi faktor ketidakpastian alias hantu pemulihan ekonomi.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Bank Dunia (World Bank) memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh dengan kecepatan yang stabil di tahun-tahun mendatang. Tren pertumbuhannya rata-rata berada di kisaran 5,1% dari 2024 hingga 2026.

Hal itu diungkapkan Bank Dunia dalam laporan berjudul Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Juni 2024. Konsumsi swasta diperkirakan terus mendorong pertumbuhan, namun terdapat hambatan dari menurunnya harga komoditas, meningkatnya volatilitas harga pangan dan energi, serta meningkatnya ketidakpastian geopolitik.

"Penting untuk mempertahankan kebijakan makro yang berhati-hati (prudent), kredibel dan juga transparan, seraya menciptakan ruang fiskal yang memungkinkan belanja prioritas untuk perlindungan sosial, serta berinvestasi pada modal manusia (human capital) dan infrastruktur," kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk, Rabu (26/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam catatan Bank Dunia, kondisi cuaca yang buruk dapat mengurangi jumlah panen beras dalam negeri dan mempengaruhi harga pangan secara lebih luas. Inflasi diperkirakan rata-rata sekitar 3% pada 2024.

Bank Dunia menyampaikan berbagai tantangan struktural yang akan muncul ke depan yakni meningkatnya konsentrasi di sektor manufaktur, melambatnya kemajuan dalam mengurangi ketimpangan pendapatan regional, serta pertumbuhan upah yang lambat dan meningkatnya kesenjangan sejak pandemi COVID-19.

ADVERTISEMENT

Bank Dunia memberikan catatan agar Indonesia bisa mencapai tujuannya yakni naik dari status pendapatan menengah ke status pendapatan tinggi pada 2045.

"Dibutuhkan peningkatan investasi dan dinamisme sektor swasta untuk mempercepat pertumbuhan jangka panjang. Hal ini memerlukan adanya reformasi regulasi yang membantu membuka pasar dan meningkatkan produktivitas perusahaan di bidang manufaktur dan jasa," kata Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Habib Rab.

Simak juga Video 'Momen Jokowi Bertemu Direktur IMF-Presiden Bank Dunia Jelang KTT ASEAN':

[Gambas:Video 20detik]



(aid/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads