Pengakuan Pedagang Puncak: Banyak Pembeli Trauma Kena Getok Harga

Pengakuan Pedagang Puncak: Banyak Pembeli Trauma Kena Getok Harga

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 12 Jul 2024 15:51 WIB
PKL Puncak
Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Para pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang Jalan Puncak sudah pindah dan menempati Rest Area Gunung Mas, Cisarua, Kabupaten Bogor. Di kawasan ini, banyak pedagang mengatakan sering ditanya pengunjung tentang harga jual makanan dan minuman di kawasan itu.

Salah seorang pedagang minuman dan soto mie Bogor, Diah, mengatakan pengunjung kerap kali bertanya terkait harga makanan dan minuman karena tidak sedikit di antara mereka yang pernah 'dipalak' ketika berkunjung ke warung-warung PKL yang kini sudah digusur.

Ia mengatakan, banyak pengunjung yang bercerita kepadanya bagaimana mereka pernah membeli makanan dengan harga yang sangat mahal saat para PKL ini masih di sekitar Jalan Puncak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak pengunjung yang sebelum beli tanya dulu harga makanan sama minuman berapa, padahal dulu pas masih di warung (sebelum pindah ke rest area) nggak ada yang nanya-nanya," kata Diah saat ditemui detikcom, Jumat (12/7/2024).

"Mereka bilang pernah kena getok harga, masa beli Indomie biasa tiga mangkok Rp 75 ribu. Astagfirullah, padahal kan kalau Indomie biasa artinya nggak pakai telur nggak pakai apa ya. Mungkin karena itu mereka banyak yang trauma, makanya nanya-nanya dulu," jelasnya lagi.

ADVERTISEMENT

Menurut Diah, peristiwa seperti ini sangat disesalkan, karena tidak semua PKL atau warung yang 'menggetok' harga. Termasuk dirinya yang sebelumnya buka lapak di dekat kawasan Agrowisata Gunung Mas.

"Padahal kan nggak semua kaya gitu, saya aja kalau jual kopi paling Rp 5 ribu, pakai es Rp 7 ribu. Indomie lengkap pakai telur pakai sayur sama toping apa paling mahal Rp 15 ribu. Gara-gara yang suka naikin harga tuh, kita yang jualan normal jadi kena getahnya juga," ucapnya.

Senada dengan itu, pedagang lain bernama Erlin mengatakan saat mulai membuka lapak di kawasan ini memang tidak sedikit pengunjung yang bertanya soal harga makanan dan minuman yang dijualnya karena citra pedagang Puncak yang sering getok harga.

"Iya sering, ditanya-tanya ini harga berapa itu harga berapa, soalnya kan pernah berapa kali viral yah ada warung di Puncak yang jual makanan mahal-mahal," ucapnya.

Belum lagi pernah ada juga beberapa kasus di mana para pengunjung Puncak yang dikenakan tarif parkir sangat tinggi. Menurutnya kondisi ini membuat citra kawasan wisata itu menjadi kurang baik di mata masyarakat luas.

"Makanya kita yang pakai harga standar lah, itu yang datang kebanyakan langganan. Ada yang dari Tangerang, Bekasi, yang suka jalan-jalan ke sini. Tapi yang nggak kenal ya banyak yang nanya," jelas Erlin.

Karenanya ia berharap dengan adanya lokalisasi ini, para pedagang bisa menjual barang dagangannya dengan harga yang sesuai alias tidak getok harga lagi. Karena ia merasa sangat dirugikan dengan perilaku para oknum ini.

"Biarlah ngumpul di sini biar harganya nggak di naik-naikin kan. Soalnya kan kalau dulu lokasinya misah-misah, jadi kita yang di bawah jual harga normal, yang di atas jual lebih mahal, tapi orang taunya Puncak aja.

Simak Video 'Alasan PKL Puncak Ogah Direlokasi ke Rest Area: Kios dan Pendapatan Kecil':

[Gambas:Video 20detik]

(fdl/fdl)

Hide Ads