Harga Cabai Rawit Merah Makin Pedas Sudah Tembus Rp 100.000/Kg

Harga Cabai Rawit Merah Makin Pedas Sudah Tembus Rp 100.000/Kg

Aulia Damayanti - detikFinance
Minggu, 28 Jul 2024 08:30 WIB
Pedagang menimbang cabai rawit merah di Pasar Senen, Jakarta, Senin (10/6/2024). Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang diakses pukul 15.15 WIB, menjelang Idul Adha, harga rata-rata nasional cabai rawit merah melambung tinggi menjadi Rp57.900 perkilogram atau naik 8,73 persen dibanding hari sebelumnya. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa.
Cabai rawit mahal di pasaran - Foto: ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Jakarta -

Harga cabai rawit merah semakin mahal di pasaran. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkap kini telah tembus Rp 90.000 sampai Rp 100.000 per kilogram (kg).

"Harga naik terus dalam seminggu terakhir ini. Saat ini sudah tembus Rp 100.000, di Jawa seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah tembus Rp 85.000/kg sampai Rp 90.000/kg. Ini jujur membuat kami kelabakan sebagai pedagang," kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri kepada detikcom, Sabtu (27/7/2024).

Mansuri mengatakan penyebab semakin mahalnya harga cabai rawit merah karena pasokan yang masuk ke pasar semakin menurun. Penurunan pasokan ini disebabkan karena sedikitnya pasokan dari sentra produksi cabai rawit merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam sepekan ini penurunannya sangat terlihat, biasanya masuk pasar bisa satu ton, ini cuma setengah ton, separuhnya. Dan ini yang membuat harga terus naik. Kita cek di daerah penghasil cabai rawit itu ada Banyuwangi, Malang, itu sudah mengalami penurunan pasokan. Di Jawa Barat misalnya Cianjur itu sudah tidak terlalu banyak pasokan, termasuk Sumatera Utara juga penghasil cabai itu mengalami penurunan," ungkapnya.

Mansuri mengatakan kini pedagang terus putar otak untuk tetap bisa menjual cabai rawit merah. Karena jika masyarakat membeli cabai rawit merah hanya Rp 5.000 sampai Rp 10.000, maka akan dicampur dengan jenis cabai lain.

ADVERTISEMENT

"Belinya kan sesuai kemampuan. Kalau Rp 5.000 sampai Rp10.000 itu kita tawarkan dicampur dengan cabai rawit merah, karena nggak ada opsi lain sekarang sudah mahal. Kita sudah susah juga, mahal sekali," ungkapnya.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategi Nasional, harga cabai rawit merah secara rata-rata nasional naik Rp 2.950/kg menjadi Rp 73.200/kg. Paling rendah harga cabai di Sumatera Utara Rp 39.750/kg.

Sementara daerah lainnya sudah meningkat tajam seperti Banten Rp 83.600, Jawa Barat Rp 83.800, Jakarta Rp 92.500, dan Jawa Tengah Rp 72.550/kg.

Berdasarkan data Panel Harga Pangan Nasional secara nasional Rp 66.980/kg angka itu naik signifikan dari pekan sebelumnya di level Rp 62.070/kg. Rata rata Jakarta 75.460/kg, paling tinggi di level Rp 87.460/kg di Jakarta Selatan, sedangkan di Jakarta Timur dan Jakarta Barat Rp 85.000/kg.

Biang Kerok Harga Cabai Rawit Naik

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap saat ini pasokan cabai rawit merah memang tengah turun dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena kekeringan yang terjadi di sejumlah sentra produksi cabai, sehingga menurunkan hasil produksi.

"Tugas Kementan terhadap permasalahan yaitu meningkatnya harga cabai rawit. Ini memang di bulan Juli produksi sedikit menurun jika dibandingkan Juni sehingga tentu saat ini sudah terjadi kekurangan pasokan ke pasar karena produksi menurun," kata Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian Inti Pertiwi Nashawari dalam rapat koordinasi inflasi kemarin disiarkan melalui YouTube Kemendagri RI, Selasa (23/7) lalu.

Dalam catatannya, produksi cabai rawit merah Juli sebanyak 125.036 ton sementara Juni ada 138.784 ton. Penurunan hasil produksi ini memang terjadi karena kekeringan yang melanda sejumlah daerah penghasil cabai.

Dia mencatat, di Kabupaten Lamongan pada Mei-Juni disebut tidak ada hujan sehingga kondisi pertanaman mengalami kekeringan karena kekurangan air hampir 90%.

Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Tuban, pertanaman di Kecamatan Regel dan Kecamatan Grabagan mengalami kekeringan karena kekurangan air dengan kondisi lahan berbatu kapur. Kawasan tersebut disebut hampir 95% pertanaman telah rusak dan produksi turun 4 juta sampai 3,5 juta ton per hektare (ha).

Sementara di Kabupaten Kediri, pertanaman memasuki masa akhir panen. Namun produksi juga telah mengalami penurunan akibat kekeringan yang terjadi sejak Mei. Kementan menemukan 90% tanaman sudah layu akibat terserah jamur, bahkan beberapa sudah dibongkar oleh petani.

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads