Pelaku UMKM dituntut untuk mampu menjawab kebutuhan konsumen yang kian dinamis. Untuk itu, pemahaman digitalisasi, literasi dan perlindungan sosial menjadi faktor penting agar usaha bisa berkelanjutan. Upaya mendorong digitalisasi, literasi, dan perlindungan sosial bagi UMKM salah satunya dilakukan PT HM Sampoerna Tbk.
Di bawah Payung Program Keberlanjutan "Sampoerna untuk Indonesia", perusahaan yang genap berusia 111 tahun ini terus berkomitmen membina UMKM lewat Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneur Training Center (SETC).
SETC adalah program pelatihan kewirausahaan terintegrasi yang hadir sejak 2007, sementara SRC, yang hadir sejak 2008, adalah program pendampingan bagi pelaku usaha toko kelontong agar bisa bersaing dan memanfaatkan digitalisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Septo Soepriyatno mengatakan untuk bisa berkembang, pelaku UMKM wajib memiliki kemampuan manajerial yang baik, adaptif terhadap perkembangan teknologi, inovatif dan memiliki kemampuan berjejaring.
Kemendag, lanjutnya, terus berupaya untuk membantu UMKM lewat beragam promosi dan pendampingan. Promosi diarahkan agar produk UMKM bisa menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk ekspor. Adapun, pendampingan bertujuan meningkatkan kapasitas SDM pelaku UMKM.
"Pemerintah memiliki Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang dapat dimanfaatkan UMKM. Selain itu, pada Oktober 2024 nanti ada Indonesia Trade Expo yang juga menjadi kesempatan UMKM bisa masuk ke pasar global," jelasnya dalam acara "Pesta Rakyat UMKM Untuk Indonesia" di Jakarta, Senin (22/7/2024).
Sejalan dengan gelaran Pesta Rakyat UMKM Untuk Indonesia yang membawa semangat kolaborasi dan sinergi antar stakeholder, Septo menuturkan, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, sehingga butuh kolaborasi dengan semua pihak terkait termasuk salah satunya Sampoerna yang telah menggagas SRC. Kemendag memiliki program agar toko UMKM bisa bersaing dengan retail modern, dan produk UMKM bisa masuk ke ritel modern.
"Kemendag punya program 1.000 warung yang erat kaitan dengan SRC yang bertujuan membantu toko kelontong. Pemerintah tidak punya sumber daya yang mencukupi untuk dampingi pelaku usaha, tapi dengan kolaborasi itu bisa dilakukan," katanya di Jakarta.
Kemendag, lanjut Septo, juga memiliki program pengembangan akses pasar digital yang bertujuan membantu mencatatkan transaksi UMKM sehingga memudahkan ketika membutuhkan pendanaan. Kemendag juga memfasilitasi UMKM untuk mendapatkan akses pendanaan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur PT SRC Indonesia Sembilan, Romulus Sutanto, mengatakan bahwa Sampoerna berkomitmen untuk membantu pelaku usaha toko kelontong lewat SRC karena Sampoerna juga berawal dari toko kelontong pada 111 tahun lalu.
Dia menuturkan, Riset Kompas Gramedia mencatat total omzet SRC adalah Rp236 triliun per tahun atau setara dengan 11,36% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) retail nasional 2022.
Anggota SRC menerima program pemberdayaan yang terintegrasi termasuk secara digital untuk mengelola toko dan keuangan serta turut memasarkan produk UMKM sekitar.
"Kami mendampingi 250.000 toko SRC dengan 6.300 mitra dan lebih dari 8.000-an paguyuban SRC. Dengan digitalisasi, SRC menghubungkan mitra, toko, dan konsumen," katanya.
Romulus menuturkan 90% dari total toko SRC di Tanah Air saat ini sudah tergabung dalam ekosistem digital AYO by SRC. Sejak pandemi, mayoritas transaksi di SRC bergerak ke arah nontunai, termasuk dengan menggunakan QRIS.
Sebagai informasi, ekosistem digital AYO by SRC terdiri dari tiga aplikasi yakni My AYO by SRC yang menghubungkan pelanggan dengan toko SRC. Selanjutnya ada AYO Mitra by SRC yang menghubungkan mitra grosir dengan toko SRC, dan AYO Toko by SRC yang membantu pemilik toko SRC untuk mengelola usahanya, seperti memesan barang ke mitra SRC, serta mengelola toko.