Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistyo mengatakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia ke Rusia adalah udang. Namun, negara yang berkontribusi besar dalam memasok udang ke Rusia adalah India. Bahkan berdasarkan data yang dipaparkannya, disebutkan Indonesia menempati posisi kelima dengan kontribusi sebesar 3,3%.
"Karena selama ini India dengan nilai US$ 157,49 juta atau sekitar 44,9% dari total impor udang Rusia. Kemudian diikuti dengan Ecuador, ada US$ 125,74 juta atau 35%. Kemudian diikuti lagi Argentina, US$ 31,80 juta atau 9,1%. Berikutnya adalah China, US$ 20,09 juta atau, 5,7%. Sementara Indonesia, untuk udang itu menduduki peringkat kelima dengan nilai US$ 11,54 juta atau 3,3%," kata Budi dalam Konferensi Pers, di Kantor, Jakarta, Selasa (24/9/2024).
Hal serupa juga terjadi di komoditas rumput laut. Budi menyebut China menempati peringkat pertama memasok komoditas rumput laut ke Rusia dengan kontribusi 46,3%. Kemudian disusul Korea Selatan dengan kontribusi sebesar 30%, dan diikuti oleh Filipina 11,41%. Sementara, Indonesia menempati posisi keempat dengan kontribusi sekitar 4,1%.
"Komoditas berikutnya yang menjadi satu impor yang cukup besar oleh Rusia, itu adalah cumi, sotong, gurita. Negara eksportir terbesar, yaitu pemasok cumi, sotong, gurita ke Rusia terbesar adalah China dengan nilai US$ 7,214 juta atau 80% dari total import. Diikuti oleh Peru dengan kontribusi 13,7% dan Maroko, peringkat 3, sekitar 1,6%. Indonesia urutan keempat. Hal ini pastinya terkait dengan hal-hal bagaimana strategi kita, upaya kita untuk bisa sekarang melakukan peningkatan ekspor ke sana," tambahnya.
Mengatasi hal tersebut, Budi menjelaskan telah bertemu dengan pelaku industri pengolahan hasil perikanan yang menguasai market pasar lebih dari 80% di Rusia. Dalam kesempatan itu, pihaknya menyediakan komoditas yang dibutuhkan, salah satunya udang dan tuna potong. Pihaknya telah menyiapkan untuk mengirim sampel ke sana.
"Pangsa pasar terbuka yang cukup besar di sana mendeterminasi atau masuk pasar baru mereka itu adalah udang yang ukuran satu seratus. Kami menyiapkan paralel masalah kerja sama antar negara supaya nanti kerja sama antar negara selesai payungnya ada, bisa tambah registrasi ke sana, dan produk sudah dikenal. Kami sekarang tahap terakhir yang diperlukan industri mereka, yang jelas udang dan tuna," imbuhnya.
Simak juga Video: Harta Karun di Bawah Kampung Perikanan Budidaya
(rrd/rrd)