Salah satu bank terbesar di Kanada, TD Bank, setuju untuk membayar denda lebih dari US$ 3 miliar atau setara Rp 46,76 triliun karena mengizinkan kartel narkoba dan penjahat lainnya melakukan transaksi dana ilegal dengan total hingga triliunan dolar AS.
Melansir BBC, Jumat (11/10/2024), TD Bank adalah pemberi pinjaman terbesar dalam sejarah AS yang mengaku bersalah atas kegagalan dalam mengantisipasi praktik pencucian uang berdasarkan Undang-Undang Kerahasiaan Bank.
Departemen kehakiman AS menjelaskan pada 2018 lalu bank asal Kanada yang juga beroperasi di Negeri Paman Sam tersebut gagal memantau lebih dari 90% transaksi di jaringannya, aktivitas yang bernilai lebih dari US$ 18 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan seorang pejabat lembaga itu mengatakan seorang nasabah berhasil menggunakan TD Bank untuk mencuci lebih dari US$ 470 juta hasil penjualan narkoba, menyetor uang tunai dalam jumlah besar, dan menyuap staf dengan kartu hadiah.
Skema pencucian uang di TD Bank tersebut memungkinkan pembayaran dari pengguna narkotika masuk ke jaringan narkoba di Meksiko dan China.
"Skema lain melibatkan partisipasi lima staf bank, yang membantu menerbitkan lusinan kartu ATM, memfasilitasi transfer dana gelap senilai US$ 39 juta ke Kolombia," kata pejabat itu dalam konferensi pers kasus TD Bank.
Secara terpisah, Kepala eksekutif TD Bank Bharat Masrani mengatakan pihaknya akan bertanggung jawab penuh atas kegagalan mereka mencegah tindakan pencucian uang dan transaksi jaringan narkoba.
"Perbankan memiliki kekuatan finansial untuk menghadapi situasi tersebut dan akan melakukan investasi, perubahan, dan peningkatan yang diperlukan untuk memenuhi komitmen kami (agar kasus serupa tak terulang kembali)," kata Masrani dalam keterangan resminya.
Ia mengatakan proses perbaikan sistem pencegahan pencucian uang ini akan berlangsung selama beberapa tahun. Namun pihaknya telah mengambil beberapa langkah dengan menambah lebih dari 700 staf baru yang mengkhususkan diri dalam masalah pencegahan pencucian uang.
"Ini adalah babak yang sulit dalam sejarah bank kami. Kegagalan ini terjadi saat saya menjabat sebagai CEO dan saya minta maaf kepada semua pemangku kepentingan kami," pungkasnya.
(fdl/fdl)