PHK Massal Hantui Bisnis Sepatu, Eagle Ikut Kena Dampak?

PHK Massal Hantui Bisnis Sepatu, Eagle Ikut Kena Dampak?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 29 Nov 2024 14:10 WIB
Sepatu Eagle
Foto: Sepatu Eagle
Jakarta -

Nasib industri alas kaki atau sepatu di Tanah Air masih mengenaskan. Kondisi ini terlihat dari penurunan kinerja industri alas kaki secara keseluruhan hingga terjadinya penutupan pabrik dan PHK massal di sejumlah perusahaan.

Meski begitu salah satu produsen sepatu olahraga ternama RI, Eagle, dapat bertahan dari penurunan kinerja tersebut. Di mana dalam setahun terakhir perusahaan tidak melakukan pemangkasan atau PHK sama sekali dalam setahun terakhir.

"Belum ada PHK sama sekali sampai sekarang," kata Head of Brand & Marcom Eagle, Aulya Elyasa, pada launching EAGLE REBORN di The Tribrata Dharmawangsa Convention Center, Jumat (29/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara rinci ia mengatakan untuk jumlah karyawan perusahaan saat ini kurang lebih sekitar 50-60 orang di kantor pusat, sekitar 10 orang di bagian gudang, dan ratusan karyawan lain di pabrik produksi. "Untuk jumlah karyawan saat ini kalau untuk di head office itu ada sekitar 50-60 orang. Di gudang itu hampir 10 orang, kalau di pabrik saya lupa, ada berapa ribu," terangnya.

Walaupun Aulya mengakui dalam setahun terakhir kinerja Eagle memang tercatat mengalami penurunan yang terlihat dari melemahnya penjualan produk perusahaan. Meski menurutnya penurunan ini tidak cukup signifikan.

ADVERTISEMENT

"Kondisi kami saat ini masih stabil ya. kita masih stabil, penjualan kita masih cukup bagus. Memang ada sedikit penurunan, tapi tidak sangat signifikan ya. Kalau presentase-nya mungkin tidak lebih dari 10%. Tapi bisa dibilang stabil secara penjualan, karena memang penjualan kita kan saat ini kan based on online, dan juga bekerja sama dengan distributor, serta menggunakan direct sales yang langsung ke toko-toko tradisional," terangnya lagi.

Sebagai informasi, dalam catatan detikcom industri alas kaki RI sedang dalam kondisi yang cukup mengenaskan. Kondisi ini terlihat dari penurunan kinerja industri alas kaki secara keseluruhan dan banyaknya PHK massal di sejumlah pabrik.

Sebelumnya pada Agustus 2024 lalu Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sempat mengatakan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki hingga kuartal II 2024 kemarin sempat tumbuh melambat, yaitu sebesar 1,93% (yoy).

Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi alas kaki seiring penutupan beberapa pabrik dampak penurunan permintaan domestik dan luar negeri. Penurunan ini khususnya terjadi pada industri yang berlokasi di Provinsi Banten, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta.

Kemudian sebelumnya lagi pada Mei 2024 lalu salah satu produsen sepatu ternama RI, Bata, mengumumkan penutupan salah satu pabriknya yang terletak di Purwakarta. Hal ini turut mengakibatkan terjadinya PHK terhadap sejumlah karyawan mereka.

Kepada Kemenperin, manajemen perusahaan PT Bata Tbk mengatakan sejumlah karyawan usia produktif yang terimbas PHK itu akan dialihkan ke pabrik sepatu lain di wilayah tersebut. Namun tidak disebutkan bagaimana nasib sisa karyawan lainnya dan berapa total pemangkasan yang dilakukan perusahaan.

"Pekerja di usia produktif yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan dialihkan ke pabrik sepatu lain di sekitar Purwakarta," kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, dalam keterangan resmi, Rabu (8/5/2024) lalu.

(fdl/fdl)

Hide Ads