Melihat Kondisi Ekonomi Korsel yang Presidennya Dimakzulkan

Melihat Kondisi Ekonomi Korsel yang Presidennya Dimakzulkan

Aulia Damayanti - detikFinance
Sabtu, 14 Des 2024 21:30 WIB
This handout photo taken on December 12, 2024 and released by the South Korean Presidential Office via Yonhap shows South Korean President Yoon Suk Yeol delivering an address at the Presidential Office in Seoul. South Korean President Yoon Suk Yeol on December 12, vowed to fight until the very last minute, defending his shock decision last week to declare martial law and deploy troops to the countrys parliament. (Photo by Handout / South Korean Presidential Office via Yonhap / AFP) / - South Korea OUT / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT AFP PHOTO / SOUTH KOREAN PRESIDENTIAL OFFICE VIA YONHAP - NO MARKETING NO ADVERTISING CAMPAIGNS - DISTRIBUTED AS A SERVICE TO CLIENTS
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol/Foto: AFP PHOTO/SOUTH KOREAN PRESIDENTIAL OFFICE VIA YONHAP
Jakarta -

Anggota parlemen Korea Selatan sepakat untuk memakzulkan Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol buntut penerapan darurat militer yang menggemparkan.

Untuk diketahui, pengumuman darurat militer sempat membuat kondisi politik dan ekonomi Korea Selatan gonjang-ganjing. Bahkan mata uang negara itu keok terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Setelah keputusan memakzulkan Yoon Suk Yeol, dikhawatirkan kondisi membuat pasar terguncang dan berpengaruh terhadap stabilitas demokrasi ekonomi Korea Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala investasi di Lombard Odier, John Woods mengatakan pengaruh kondisi saat ini terhadap perekonomian Korea Selatan akan terlihat bagaimana kondisi ekonomi pada awal 2025.

"Volatilitas seputar latar belakang politik ini adalah sesuatu yang perlu kita pertimbangkan dengan sangat serius, tetapi tentu saja nilai Korea (Selatan) sebagai proksi AI adalah sesuatu yang juga tidak dapat kita abaikan," kata dia dikutip dari CNBC, Sabtu (14/12/2024)

ADVERTISEMENT

Dikutip dari Reuters, ekonomi Korea Selatan pada kuartal III-2024 hampir tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh belanja konsumen dan ekspor yang mengalami penurunan.

Produk Domestik Bruto (PDB) pada Juli-September meningkat 0,1%. Pertumbuhan yang lemah itu merupakan kemunduran bagi negara dengan ekonomi terbesar keempat di Asia.

(ada/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads