Pemerintah tidak lagi impor garam konsumsi pada 2025. Sejalan dengan itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana meningkatkan produksi garam di Kulon Progo, Yogyakarta dan Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Staf Ahli Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut KKP, Hendra Yusran Siry mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan produksi garam di daerah-daerah sentra produksi garam, seperti NTT dan Kulon Progo. Hendra menjelaskan, NTT menjadi salah satu tempat yang berpotensi dapat memproduksi garam lantaran mempunyai kesamaan garis pantai dengan salah satu wilayah produsen garam di Australia, Darwin.
"Nanti kita berharap di daerah sekitar Sabu Raijua atau NTT yang punya kesamaan segaris dengan di Darwin itu bisa kita lakukan produksi garam lebih tinggi," kata Hendra dalam acara Capaian Akhir Tahun KKP, di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Selasa (17/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian di Kulon Progo, Hendra menjelaskan dapat memanfaatkan kemiringan wilayah laut dan cuaca panas. Hendra menyebut di wilayah tersebut telah memanfaatkan sistem tunnel untuk menyiasati produksi garam pada musim hujan.
"Kita dilakukan di Kulon Progo untuk garam sistem yang memanfaatkan gravitasi atau kemiringan di pinggir laut dan panas menggunakan rumah tunnel itu garam yang dihasilkan bisa mencapai kadarnya di atas 97%," terang Hendra.
Dia menjelaskan pihaknya terus berupaya memperbaiki kualitas produksi garam. Hal ini menjadi salah satu upaya agar garam industri tidak menembus ke pasar sebagai garam konsumsi. Dia pun optimistis Indonesia dapat setop impor garam pada 2025.
"Kami juga fokus untuk bagaimana produksi garam ini secara kualitas lebih baik dan menjaga kualitas. Untuk pemenuhan konsumsi bisa kita penuhi di beberapa tempat saat panen raya, ya tidak ingin melakukan adalah garam industri yang juga memerlukan impor saat ini malah merembes ke pasar menjadi garam konsumsi itu yang tidak ingin kita inginkan," jelas Hendra.
(ara/ara)