Pengusaha buka suara soal kondisi kelas menengah tahun depan. Prediksinya, daya beli kelas menengah lesu tahun depan.
Isu turunnya kelas menengah ini juga masih mendominasi masalah ekonomi tahun depan.
"Di level domestik, isu utama yang sangat mempengaruhi tahun depan adalah jelas pelemahan kelas menengah. Kita tahu bahwa memang kelas menengah ini penopang konsumsi dalam negeri yang sangat penting, kemudian tekanan kenaikan PPN 12% yang sudah ke mana-mana sekarang ini juga nanti bisa kita diskusikan lebih jauh," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani dalam konferensi pers di Kantor Apindo, Kamis (19/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurut Shinta dalam kurun waktu 2019-2024, jumlah kelas menengah menyusut hingga 9,5 juta orang.
"Kalau kita lihat tahun ini 'kan ada booster pemilu, itu cukup menambah konsumsi. Akan tetapi di tahun depan, ini 'kan tidak ada. Jadi, ini juga akan menjadi satu pertimbangan," tandas Shinta.
Salah satu pemicu daya beli kelas menengah lesu adalah PHK. Oleh sebab itu, Shinta mengatakan, penting bagi pemerintah terus menggenjot lapangan pekerjaan.
"Potensi PHK ini yang menurut kami menjadi salah satu permasalahan dan tantangan utama, yang mungkin harus menjadi perhatian. Kami mungkin di sini menggarisbawahi pentingnya penciptaan lapangan pekerjaan, dan di sinilah mengapa buat kami dengan adanya PHK yang terus bertambah ini pasti akan semakin mengkhawatirkan kondisi lapangan pekerjaan di Indonesia," tambahnya.
(hns/hns)