China berencana meningkatkan subsidi pembelian ponsel pintar hingga barang elektronik lainnya. Pemerintah China ingin mendorong belanja di tengah masyarakat untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri.
Subsidi diberikan pemerintah China untuk sebagian biaya dari program nasional tukar tambah barang. Program tukar tambah akan diperluas implementasinya, dari awalnya cuma peralatan rumah tangga dan mobil, kini mencakup ponsel pintar, tablet, hingga jam tangan pintar.
Program subsidi tukar tambah tersebut sebelumnya telah terbukti memicu lonjakan penjualan mobil dan peralatan rumah tangga mulai September 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Strait Times, Jumat (3/1/2025), masyarakat di China makin lama menggunakan ponselnya setelah pandemi COVID-19 menyerang. Artinya, kebutuhan pembelian ponsel pintar makin meningkat.
Subsidi yang berbentuk program tukar tambah itu diharapkan dapat menghidupkan kembali pasar ponsel pintar di China. Industri seperti Huawei Technologies hingga Xiaomi menjadi yang terdepan mendapatkan benefit dari program ini.
Pemerintah China pada Juli 2024 telah berkomitmen untuk menyediakan dana 300 miliar yuan atau sekitar Rp 660 triliun yang dikumpulkan dari obligasi khusus untuk mendukung program subsidi tukar tambah barang.
Bahkan, pemerintah China juga berkomitmen meningkatkan penjualan obligasi khusus jangka panjang untuk mendanai program tersebut. Secara paralel, hal ini juga mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi.
Langkah subsidi ini diyakini menjadi bagian dari upaya China untuk mendorong konsumsi dalam negeri di tengah dampak tarif baru AS terhadap barang-barang yang diimpor dari China.
Sebelumnya, China juga pernah memberikan subsidi pembelian telepon seluler sebagai bagian dari rencana stimulus konsumsi yang dimulai pada akhir 2007 untuk menanggulangi dampak krisis keuangan global. Program tersebut menargetkan penduduk pedesaan dan juga mencakup peralatan rumah tangga, komputer, dan mobil, sebelum berakhir pada 2013.
(hal/ara)