10 Tahun Proyek Pasar Munjul Mangkrak, Omzet Pedagang Jatuh Sampai 90%

10 Tahun Proyek Pasar Munjul Mangkrak, Omzet Pedagang Jatuh Sampai 90%

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 13 Jan 2025 15:07 WIB
Pasar Munjul
Pasar Munjul/Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Proyek pembangunan pasar Munjul, Jakarta Timur, yang sudah mangkrak selama kurang lebih 10 tahun membuat omzet pedagang jatuh, khususnya mereka yang berada di los kering. Akibatnya banyak pedagang tak kuat untuk terus berjualan dan memilih untuk gulung tikar.

Salah seorang pedagang produk plastik di area los kering mengatakan saat ini omzet penjualan tokonya hanya tersisa satu per sepuluh dari omzetnya dulu sebelum proyek revitalisasi pasar dilakukan, alias jatuh hingga 90%.

"(Akibat pembangunan ini ada pengaruhnya ke omzet?) ada, tinggal sepersepuluh sekarang. Kan kita jualan di belakang tuh nggak layak, makanya pindah ke sini," jawab pedagang itu saat ditemui detikcom, Senin (13/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat dimintai penegasan apakah penurunan omzet ini sudah terjadi saat pembangunan berlangsung atau akibat efek pandemi yang tak kunjung usai, ia mengatakan penurunan omzet sudah terjadi sejak para pedagang direlokasi ke tempat penampungan sementara.

"Jadi dulu kan dipindah itu kita sudah tidak tidak ada omzet. Orang kondisi tempat jualan begitu, jangankan pembeli, kita yang jualan juga takut. Makanya setelah lama mangkrak kita minta izin buat pindah," terangnya.

ADVERTISEMENT

"Nah setelah pindah adalah kenaikan omzet sedikit. Habis itu pandemi jatuh lagi, ya sampai sekarang lah. Jadi banyak penyebabnya sih, cuma ya itu tadi, bagian los kering sama daging-ikan itu kan sudah nggak layak ya, jadi pembeli paling ramai pagi doang di los basah situ, tempat sayur," sambungnya.

Akibatnya, saat ini banyak pedagang di los kering banyak yang gulung tikar akibat tidak sanggup bertahan. Bahkan dari ratusan pedagang yang dulu sempat berjualan di area tersebut, saat ini hanya tersisa sekitar 30-50 pedagang.

Ia mengetahui hal ini dari perhitungan patungan biaya patungan listrik pedagang los kering. Sebab para pedagang yang berjualan di kios-kios semi permanen mandiri ini juga harus memasang jaringan listrik sendiri.

"Kalau untuk yang kering itu mungkin dari 200, kalau aku hitung dari pembayaran listrik itu sekitar 30, Ya 50-an lah. Karena kan kita listrik juga soalnya sewa sendiri, kita pakai listrik pesta kan, patungan sama-sama pedagang," jelasnya.

Sementara itu pedagang lain yang juga berlokasi di los kering mengatakan hal serupa, di mana saat ini omzet penjualan dagangannya sudah turun jauh dibanding sebelum revitalisasi pasar dilakukan.

"Omzet sudah jatuh dari dulu. Kan yang datang ke sini orang-orang sudah usia-usia lah ya. Namanya ya pasar ini tradisional gitulah, jadi kita nggak pengin bangunan gitu-gitu. Yang penting benar saja dibangun. Nggak perlu kita yang modern-modern kaya mal-mal gitu, percuma, nggak ada yang beli," terangnya.

Parahnya meski proyek revitalisasi pasar Munjul mangkrak dan pedagang terpaksa mendirikan kios semi permanen, mereka tetap diwajibkan untuk membayar uang retribusi bulanan ke Pemprov Jakarta.

Hal ini tentu membuat banyak pedagang kesal karena merasa tidak mendapatkan imbal balik dari pemerintah. Terlebih saat ini menurutnya kondisi pasar los kering dan daging sudah sangat parah hingga tidak layak lagi menjadi tempat berdagang.

"Pedagang di belakang itu, mereka bangunannya sudah nggak layak. Mau dibenerin roboh semua. Sementara retribusi kita dimintain terus. Nggak ada dilihat kek masih pantas nggak? Masih wajar nggak? Mereka datang ke sini," ucapnya.

"Nggak tahu deh (uang retribusi itu digunakan untuk apa). Kita yang penting bayar retribusi ke bank DKI. Setor ke bank DKI," tambahnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads