Putar Otak Siasati Ancaman Perang Dagang AS-China, RI Bisa Apa?

Putar Otak Siasati Ancaman Perang Dagang AS-China, RI Bisa Apa?

Amanda Christabel - detikFinance
Rabu, 15 Jan 2025 12:55 WIB
Mencari Keseimbangan dalam Rentetan Perang Dagang
Ilustrasi/Foto: detik
Jakarta -

Pemerintah mengatakan kekhawatiran utama dari para investor saat ini salah satunya karena meningkatnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Dewan Ekonomi Nasional (DEN) bilang, kekhawatiran dari pengusaha terhadap perang dagang ini meningkat hingga 50%.

Wakil Ketua DEN, Mari Elka Pangestu, menyampaikan bahwa sebanyak 90% perusahaan yang berbasis di Asia Tenggara harus mengubah supply chain atau rantai pasok yang asalnya dari China. Hal ini lantaran supaya industri lebih siap menghadapi ketidakpastian kondisi geopolitik saat ini.

"Karena itu sebenarnya mengantisipasi, kita tidak mau dikenakan tarif oleh AS. Jadi, banyak menghindari tarif dengan membangun supply chain yang mengurangi komponen Tiongkok, ataupun meningkatkan komponen non-Tiongkoknya," papar Mari dalam paparannya di Jakarta, Rabu (15/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut Mari mengelaborasi, respon yang akan dilakukan perusahaan dalam memperbaiki supply chain ini salah satunya adalah dengan lebih banyak menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) dan digitalisasi.

"Respon pertamanya adalah menggunakan AI dan digitalisasi lebih banyak, untuk memperbaiki supply chain, meningkatkan agar lebih efisien dan seterusnya. Saya bisa bayangkan, dengan AI mungkin mereka bisa tahu, karena ada kaitannya dengan respon kedua yaitu diversifikasi lokasi. Jadi dia bisa mengantisipasi, di sini lagi kena tarif, di sana lagi diserang karena masuk BRICS, atau bagaimana pun. Jadi, dia bisa cepat mengubah soft scene maupun produksinya," ujar Mari berasumsi.

ADVERTISEMENT

Respons kedua yang dilakukan investor dalam menghadapi kondisi geopolitik ini, menurut Mari, adalah diversifikasi lokasi. Ini menjadi kesempatan buat Indonesia untuk menarik investasi.

"Tetapi tidak hanya investasi, kita mesti mau menarik investasi di supply chain. Jadi, kalau ada satu yang masuk, dia menarik yang lain. Misalnya Apple, kalau ada supplier Apple yang masuk tetapi dia membawa supply chain-nya. Jadi, kita jangan hanya targetkan sekian persentase dari umumnya. Tetapi bagian mana dari supply chain itu, yang kalau kita tarik masuk dari awalnya, dia akan membawa 'rombongan'-nya (investor)," beber Mari.

Mari menjelaskan, dalam waktu dekat, pemerintah juga akan fokus dalam melakukan deregulasi dan reformasi untuk memperbaiki bidang investasi agar menjadi lebih strategis dalam mengidentifikasi investasi mana yang akan masuk ke Tanah Air.

"Kita pemerintah baru, baru dua bulan. Dalam waktu dekat, bagaimana melakukan deregulasi dan reformasi untuk memperbaiki investasi dan menjadi lebih strategis dalam mengidentifikasi investment mana yang ingin kita tarik, dari mana, di sektor apa, untuk sebetulnya dapat menarik supply chain, menciptakan lapangan pekerjaan, dan seterusnya," tandas Mari.

Simak juga Video 'China Buka Suara soal DPR AS Loloskan RUU Terkait TikTok':

[Gambas:Video 20detik]



(eds/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads