Muncul Fenomena Baru! Orang Kota Rama-ramai Kembali ke Desa

Retno Ayuningrum - detikFinance
Sabtu, 25 Jan 2025 21:30 WIB
Ilustrasi/Foto: shutterstock
Jakarta -

Fenomena baru terjadi di Vietnam. Para pekerja perempuan muda di perkotaan berbondong-bondong kembali ke desa. Fenomena ini terjadi lantaran mereka merasa biaya hidup yang semakin tinggi di perkotaan, meskipun mendapat penghasilan tinggi.

Berdasarkan hasil survei oleh ViecLam Tot pada Agustus 2024, menunjukkan sekitar 30% produsen di perkotaan mengalami kekurangan tenaga kerja. Sementara 75% mengalami kesulitan dalam perekrutan.

Sementara itu, data dari Departemen Kependudukan dan Perencanaan Kota, jumlah pendatang baru di kota menurun drastis. Dari sebelumnya 180.000 orang pada 2020, turun menjadi 65.000 orang pada 2023.

Mantan pekerja pabrik sepatu di Kota Ho Chi Minh, Nguyen Thi Hiep telah menghabiskan 16 tahun di hidupnya untuk bekerja di produsen sepatu terbesar dan berpenghasilan tertinggi di Vietnam. Kota Ho Chi Minh merupakan kota metropolitan dengan menawarkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi.

Generasi muda, khususnya perempuan berbondong-bondong bekerja di pabrik garmen dan sepatu. Namun, seiring dengan melonjaknya biaya hidup, Hiep memilih kehidupan yang lebih tenang di kampung halaman. Tidak hanya Hiep, para pekerja di Kota Ho Chi Minh kompak menilai gaji yang diterimanya tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup.

"Saya sudah cukup lama tinggal di kota ini. Saya bekerja sepanjang hari, mulai saat matahari terbit dan berakhir saat hari mulai gelap. Namun, saya masih kesulitan membayar sewa," kata Hiep, dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (25/1/2025).

Hiep mempunyai penghasilan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata upah minimum nasional, sebesar 10 juta dong atau setara US$ 400 (Rp 4,8 juta dengan kurs Rp 12.000) per bulan. Hiep tinggal bersama dengan suami yang bekerja sebagai sopir taksi dan sang putri yang berusia enam tahun.

Penghasilannya itu setengahnya dihabiskan untuk membayar sewa rumah, makanan, utilitas, perawatan kesehatan, dan pendidikan yang terus meningkat di seluruh negeri. Dengan kondisi tersebut, Hiep tidak bisa menabung. Alhasil, Hiep dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Provinsi Pegunungan Quang Binh, yang lokasinya 1.000 km dari Kota Ho Chi Minh.

Senada, seorang yang bekerja di produsen alas kaki di Pou Chen, Truong Thi Le terpaksa mengirimkan putrinya yang berusia 6 tahun untuk tinggal di Quang Binh. Le menilai kualitas udara di kota tersebut buruk sehingga membuat anak-anak rentan sakit. Bahkan melampaui standar kualitas udara baik oleh WHO.

Penghasilannya bersama sang suami sekitar 16 juta dong per bulan. Meski begitu, dia tetap memilih kembali ke desa. Le mengatakan ia mungkin akan kembali bertani,

"Kami tidak bisa mewujudkannya dan lingkungan di pedesaan akan lebih baik untuk anak-anakku," kata Le.




(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork