Wabah PMK Merebak, Apa Kabar Rencana Impor Sapi?

Wabah PMK Merebak, Apa Kabar Rencana Impor Sapi?

Retno Ayuningrum - detikFinance
Jumat, 31 Jan 2025 13:00 WIB
Vaksinasi sapi untuk mencegah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Tabanan, Bali, Rabu (22/1/2025).
Foto: dok. Dinas Pertanian Tabanan
Jakarta -

Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merebak di sejumlah sentra peternakan, seperti di Pulau Jawa, Lampung, Bali, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). Sejalan dengan itu, pemerintah akan mengimpor sebanyak 2 juta impor sapi perah dan sapi pedaging selama lima tahun ke depan.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan Brasil, menjadi salah satu negara pengimpor sapi perah. Dia menyebut Brasil akan mendapat predikat terbebas dari wabah tersebut paling lambat tahun depan.

"Kan ini jadi isu seolah-olah negara PMK, ini Brazil sudah sekian tahun, nanti bisa dicek, sudah bebas dari PMK, sudah tidak ada vaksinasi. Insyaallah kemungkinan di tahun ini atau tahun depan, dia sudah bebas, negara bebas PMK," kata Sudaryono saat ditemui di Graha Mandiri, Jumat (31/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun menerangkan alasan Brasil menjadi negara impor sapi ke Indonesia. Menurut Sudaryono, angka populasi sapi hidup di Brasil tinggi, yakni sekitar 200 juta sapi. Selain itu, kondisi cuaca di Brasil juga tidak jauh berbeda dengan Indonesia sehingga sapi lebih mudah beradaptasi.

Di sisi lain, pihaknya juga terus memonitor wabah PMK dalam negeri. Dia juga mendorong agar peternak lokal terus melakukan vaksin secara mandiri.

ADVERTISEMENT

Pria yang akrab disapa Mas Dar ini menyebut harga vaksin berkisar Rp 17.000-25.000 per dosis. Dengan harga yang masih itu masih bisa diupayakan oleh peternak lokal.

"Karena harga vaksinnya Rp 17.000 sampai Rp 25.000 satu dosis ya. Saya kira, begitu dibandingkan dengan harga sapinya kan tentu sangat harga sapi sampai Rp 30 juta gitu kan Rp 17.000 saya kira. Bukan saya tidak mengecilkan nilai uang, tapi maksud saya dibandingkan Rp 30 juta kan Rp 17.000 itu, saya kira sangat affordable lah Bisa diupayakan," imbuh Sudaryono.

(acd/acd)

Hide Ads