Tantangan Ekonomi Global Mulai Terlihat Imbas Kebijakan Trump

Outlook Ekonomi DPR

Tantangan Ekonomi Global Mulai Terlihat Imbas Kebijakan Trump

Andi Hidayat - detikFinance
Rabu, 05 Feb 2025 14:35 WIB
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Adies Kadir
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Adies Kadir/Foto: Detikcom
Jakarta -

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Adies Kadir, mengungkap beberapa tantangan ekonomi global imbas kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Mulanya, ia mengungkap sejumlah tantangan yang dihadapi dunia usai dilantiknya Trump.

Pertama, kata Adies, tantangan ekonomi global imbas keluarnya AS dari perjanjian iklim Paris dan lembaga (World Health Organization). Ia mengatakan, langkah kontroversi Trump diperkirakan akan memperlambat konsensus global terkait perubahan iklim dan ekonomi hijau.

Berdasarkan data dari Federal Reserve Economic Data (FRED), angka global economic policy uncertainty index 2024 mencapai 374 poin, atau menjadi yang tertinggi kedua dalam beberapa dekade terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Diperkirakan akan memperlambat konsensus global terkait perubahan iklim dan ekonomi hijau atau green ekonomi," kata Adies dalam acara Outlook Ekonomi DPR dipersembahkan oleh Komisi XI DPR RI bersama detikcom dan didukung oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jakarta, Rabu (5/2/2024)

Selain itu, Adies mengatakan ekonomi global dihadapkan tantangan berat dengan kebijakan kenaikan tarif impor, pemotongan pajak, dan imigrasi. Adapun kebijakan kenaikan tarif telah diterapkan Trump untuk produk impor China sebesar 10%.

ADVERTISEMENT

"Para pengamat ekonomi diperkirakan berdampak pada peningkatan inflasi Amerika Serikat," jelasnya.

Di sisi lain, perlambatan tren pemangkasan suku bunga the Fed atau higher for longer yang dianggap akan mengancam nilai tukar rupiah. Pada kondisi ini, Adies mengatakan AS berupaya memperkuat mata uang dolar terhadap nilai tukar negara lainnya.

"Memperkuat nilai mata uang dollar terhadap nilai mata uang berbagai negara dan menjadi pemberat pertumbuhan ekonomi global," terangnya.

Ia mengaku tak heran, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan ekonomi global akan melambat hingga 3,3%. Ia menilai, perkiraan itu mulai terlihat seiring dengan ketetapan kebijakan moneter Trump sejak dilantik beberapa waktu lalu.

"Kenyataan pertama tanggal 30 Januari lalu Bank Sentral Amerika Serikat tetap menahan tingkat suku bunga bank sentral di kisaran 4,25% sampai 4,5% dengan pertimbangan antara lain, inflasi yang kembali merambat menjadi 2,9% pada Desember 2024 yang lalu," ungkapnya.

Kedua, kata Adies, pada tanggal 2 Januari 2025 peran mereka tarik impor kepada Cina menjadi 10%, kemudian Kanada 25% dan Meksiko 25% yang penerapannya ditunda 30 hari. Menurutnya, kedua peristiwa tersebut langsung berimbas pada nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS.

"Rupiah mencatat melemah menjadi 16.435 rupiah per Dollar Amerika Serikat pada 4 Januari yang lalu atau sudah melampaui asumsi APBN sebesar 16.000 per Dollar Amerika Serikat," tutupnya.

(rrd/rrd)

Hide Ads