Kegemaran sebagian masyarakat terhadap hewan peliharaan seperti burung membuat kicauan di Pasar Burung Pramuka, Jakarta Timur tak pernah sunyi. Para pengunjung terus berdatangan untuk berburu macam-macam jenis burung hias.
Salah satu pedagang burung di kawasan itu, Budi, mengatakan Pasar Burung Pramuka tak pernah sepi pembeli, terutama saat akhir pekan. Baik yang datang membeli burung atau pakan hingga hanya sekadar mampir berkeliling untuk mendengar merdunya kicauan burung.
Sebab di kawasan ini terdapat berbagai jenis burung hias mulai dari kenari, murai batu, love bird, cucak hijau, pleci, merpati, dara, jalak, dan masih banyak lagi hingga unggas seperti ayam hias atau ayam jago.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkat ramainya pengunjung yang datang setiap harinya, Budi mengatakan sejumlah pedagang di kawasan ini bisa mendapatkan omzet hingga puluhan juta rupiah. Terutama mereka yang sudah lama berjualan dan memiliki langganan tetap.
"Omzet tergantung kiosnya sih, kalau yang sudah lama jualan punya banyak pelanggan, yang pada di (lantai) bawah setahu saya itu Rp 20 juta, Rp 30 juta, sampai Rp 50 juta bisa dapat. Enak kalau kios-kios besar mah," kata Budi saat ditemui detikcom di Pasar Burung Pramuka, Kamis (6/2/2025).
Meski begitu, Budi mengatakan omzet penjualan tokonya belum setinggi itu. Sebab ia baru dua tahun berjualan di kawasan itu sehingga belum memiliki pelanggan tetap. Selain itu lokasi tokonya yang berada di lantai dua bangunan pasar membuat tidak banyak pengunjung yang datang berkeliling terutama di hari kerja.
Tertinggi dalam sehari ia pernah mendapat omzet Rp 3 juta dari penjual 3 ekor burung sekaligus. Namun di saat yang lain pernah juga ia tidak berhasil menjual satu ekor burung pun dalam seminggu.
"Kalau saya di lantai atas (omzet) nggak sampai segitu sih. Kan nggak banyak juga yang mau nyari sampai lantai atas, paling ramai di lantai bawah saja apalagi pas Sabtu-Minggu sampai padat itu, tapi di bawah saja ramainya," ucapnya.
"Kalau saya belum banyak langganan paling cuma mengandalkan yang datang sehari-hari saja. Pernah seminggu nggak jual burung. Paling tinggi saya pernah jual Rp 3 juta tiga ekor. Pernah juga langsung jual bisa se-kerangkeng isi 50 burung, ambil (untung) Rp 5.000 per ekor. Jadi ya nggak tentu," jelas Budi lagi.
Beruntung ia mengaku masih bisa bertahan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari hasil penjualan burung di kawasan itu. Walau menurutnya tidak jarang juga ia harus nombok modal pelihara burung hias saat sepi pelanggan.
"Yang namanya jualan burung kan kadang datang nggak langsung kejual. Kadang ada burung baru laku sebulan, ada yang baru datang langsung laku. Makanya kalau lagi ada lebih langsung dibagi buat di rumah, buat anak sekolah, sama buat muter modal di sini lagi. Ya pintar-pintar kita bagi duit lah," paparnya.
Hal senada juga disampaikan oleh penjual burung hias lain bernama Jainuri, di mana menurutnya Pasar Burung Pramuka ini tak pernah sepi pengunjung. Berkat itu ia bisa mendapatkan omzet rata-rata hingga jutaan rupiah per bulan.
"Ya kalau omzet mah nggak tentu, yang namanya orang jualan kan. Kadang sepi kadang ramai. Kan nggak semua yang datang juga langsung beli kan, kadang cuma lihat-lihat saja," ucap Jainuri.
"(Penghasilan) ya cukup lah. (Rp 5 juta) bisa. Kalau yang pedagang gede-gede tuh yang setiap hari ada saja pembeli," jawabnya.
Lihat juga video: Wajah Baru Taman Burung TMII Usai Direvitalisasi