Awal tahun, pemerintah menggaungkan setop impor beberapa komoditas pangan, termasuk gula untuk mencapai target swasembada pangan. Namun, belum lama ini pemerintah juga memutuskan untuk mengimpor gula mentah (raw sugar) sebesar 200 ribu ton sebagai cadangan pangan pemerintah.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menjelaskan swasembada pangan berarti kontribusi produksi pangan dari dalam negeri sebesar 90%. Keputusan impor gula diambil lantaran pemerintah melihat gejolak harga gula yang mulai naik, meskipun produksi dalam negeri mencukupi.
"Kalau swasembada itu artinya kalau produksinya dipenuhi dari lokal 90% sampai 100%. Itu swasembada. Kalau gula selama ini, tahun lalu kan kita mengimpor sekitar 700 ribu ton," kata Arief saat ditemui di Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (17/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini stok cadangan gula mencapai 4,5 juta ton. Di sisi lain, kebutuhan gula konsumsi mencapai 250 ribu ton. Melihat hal itu, Arief memperkirakan stok saat ini hanya mencukupi hingga 5 bulan ke depan.
Dia bilang stok cadangan gula ini akan digelontorkan saat harga gula bergerak naik sembari menunggu panen raya yang jatuh pada April-Mei.
"(Impor gula) ini juga sebagai cadangan pangan pemerintah. Kita 200 ribu ton itu kan nggak sampai 3 minggu kan. Karena kebutuhan kita kan 250 ribu ton sebulan. Jadi untuk cadangan yang sekarang harus dikeluarkan. Karena kalau harga gula hari ini kan naik. Berarti gula yang di stok sekarang ini harus dikeluarkan. Harus, harus dikeluarkan segera sehingga nanti masuk stok baru salah satunya adalah dari panen April dan May," terang dia.
Arief menyebut saat ini harga gula di petani mencapai Rp 15.700/kg. Padahal, pemerintah telah menetapkan harga sebesar Rp 14.500/kg. Untuk itu, dia menjelaskan pemerintah harus menjaga harga gula di tingkat petani.
Arief juga memastikan raw sugar yang diimpor akan ditujukan untuk gula konsumsi, bukan industri. Kemudian penugasan impornya akan diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan, seperti ID Food, PT Perkebunan Nusantara (PTPN), hingga Bulog.
Meski begitu, Arief belum bisa memastikan kapan impor gula masuk ke Indonesia. Sebab, saat ini masih dibahas ke lintas kementerian.
"Biasanya ini perlu waktu memang ya. Perlu waktu karena ini kita selesai dapat risalah. Habis itu baru kita bisa minta mereka bidding penugasan dari Menteri BUMN karena ini BUMN-BUMN di bidang pangan. Nanti Badan Pangan tentunya akan bersama kementerian-kementerian lembaga terkait, termasuk Kemenko Pangan untuk siapkan itu. Tapi nomor satu adalah perlu dicatat adalah kita harus jaga harga gula, harga tebu petani. Nggak boleh harga itu jatuh," jelas dia.
Simak juga Video 'Zulhas: Tidak Ada Impor Beras, Gula dan Garam Tahun Ini!':
(rrd/rrd)