Presiden Prabowo Subianto mempunyai rencana menambah penerimaan negara US$ 90 miliar per tahun atau sekitar Rp 1.471 triliun (kurs Rp 16.351). Untuk menambah penerimaan negara itu, pemerintah akan memanfaatkan ekonomi bayangan atau shadow economy
Shadow economy adalah aktivitas yang tidak tercatat secara resmi tetapi berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Target Presiden Prabowo meningkatkan pendapatan kita sebesar US$ 90 miliar setahun selama beberapa tahun ke depan," kata Adik kandung Prabowo, Hashim Djojohadikusumo dalam Indonesia Economic Summit 2025, di Shangri La, Jakarta, Rabu (19/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hashim cara yang bisa dilakukan antara lain dengan memanfaatkan teknologi, seperti artificial intelligence (AI). Kontribusi teknologi sendiri dalam shadow economy cukup besar pada PDB Indonesia.
"Jika kita dapat memperoleh 25% ini, yang akan kita lakukan, dengan teknologi baru, basis teknologi tinggi, kecerdasan buatan, kita akan dapat meningkatkannya (penerimaan negara). Jadi, sebagai contoh, 6% dari US$ 1,5 triliun dolar berarti tambahan US$ 90 miliar setiap tahun," terang dia.
Hashim menambahkan saat ini persentase penerimaan negara terhadap PDB Indonesia kalah dari sejumlah negara tetangga, seperti Kamboja dan Vietnam. Saat ini penerimaan negara terhadap PDB hanya 12,2%.
"Target kami adalah mencapai level Kamboja, yang seharusnya tidak terlalu sulit. Rasio pendapatan Kamboja adalah 18%. Rasio pendapatan Indonesia adalah 12,1% hingga 12,2%. Target kami adalah Kamboja dan kemudian Vietnam. Vietnam adalah 23%," pungkasnya.
Simak juga Video 'Rencana Prabowo Bentuk Bank Emas Pertama RI, Diresmikan 26 Februari':
(ada/hns)