Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang baru saja diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto, dinilai memiliki potensi besar untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan BUMN di Indonesia.
Pengamat BUMN, Herry Gunawan, menjelaskan bahwa Danantara dapat mengatasi masalah klasik dalam ekonomi Indonesia, yakni saving-investment gap, yaitu kesenjangan antara tabungan domestik dengan investasi. Menurutnya, masalah ini sudah lama membelenggu ekonomi Indonesia, di mana kapasitas pemerintah untuk mendanai investasi terbatas, sehingga pertumbuhan ekonomi hanya mampu berada di kisaran 5% dan rasio investasi terhadap PDB Indonesia stagnan di angka sekitar 30%.
"Danantara berpeluang untuk memperkecil kesenjangan ini dengan mengonsolidasikan kekuatan BUMN, yang akan memperbesar kontribusi investasi, baik yang dilakukan sendiri maupun melalui kerja sama dengan pihak lain, baik domestik maupun internasional," kata Herry dalam pesan singkatnya, Senin (24/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari itu, Herry menambahkan bahwa Danantara juga diharapkan dapat mengakselerasi transformasi Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045-sebuah era kejayaan yang menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global yang mandiri, berdaulat, dan disegani.
"Dengan mengonsolidasikan sumber daya strategis nasional dan mengoptimalkan pengelolaan aset BUMN, Danantara akan menjadi katalis bagi industrialisasi berbasis nilai tambah. Kekayaan alam Indonesia tidak lagi akan diekspor mentah, tetapi akan diolah dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," ujarnya.
Selain berpotensi untuk memperkuat perekonomian, Danantara juga dipandang dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap investasi asing, terutama dalam bentuk utang. Herry mengatakan, jika Danantara dikelola dengan baik dan asetnya berkembang pesat, ketergantungan pemerintah terhadap dana asing dapat berkurang secara signifikan.
"Jika aset Danantara berkembang, ketergantungan pemerintah terhadap dana asing, seperti utang, bisa menurun," tambahnya.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudistira, menilai bahwa Danantara dapat membantu mempercepat hilirisasi industri dan transisi energi di Indonesia, dua hal yang selama ini berjalan lambat karena terbatasnya pembiayaan.
"Danantara bisa menjadi harapan untuk mempercepat realisasi proyek-proyek transisi energi, yang sudah lama tertunda. Dengan permodalan yang lebih kuat, Danantara bisa mempercepat hilirisasi yang selama ini sulit dilakukan," tegas Bhima.
Bhima juga menambahkan bahwa Danantara berpotensi menjadi solusi untuk mengurangi tekanan keuangan negara. Sebagai badan pengelola investasi, Danantara dapat menarik modal asing dan domestik untuk proyek-proyek strategis nasional tanpa terlalu bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Danantara bisa menjadi platform yang menarik bagi investasi, terutama untuk sektor energi baru terbarukan," ujar Bhima.
Dengan berbagai potensi yang dimiliki, Danantara diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
(rrd/rir)