OJK Prediksi Ekonomi Dunia Stagnan

OJK Prediksi Ekonomi Dunia Stagnan

Andi Hidayat - detikFinance
Selasa, 04 Mar 2025 15:14 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (tengah) dan Ketua Dewan Audit Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sophia Wattimena (keempat kiri) berfoto bersama sejumlah pembicara dalam diskusi panel Risk and Governance Summit 2023 di Jakarta, Kamis (30/11/2023). Forum tahunan bagi para pemangku kepentingan di bidang Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Kepatuhan (GRC) bertujuan membangun komitmen, strategi, dan inisiatif baru dalam mengakselerasi peningkatan efektivitas good governance. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ADITYA PRADANA PUTRA
Jakarta -

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan pertumbuhan ekonomi global relatif stagnan. Sementara volatilitas pasar tetap tinggi di tengah ketidakpastian kebijakan ekonomi dan geopolitik yang berkembang.

"Pertumbuhan ekonomi global, kami nilai relatif stagnan dengan inflasi di beberapa negara maju mulai menunjukkan tren penurunan," kata Mahendra dalam paparan hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) secara virtual, Selasa (4/3/2025).

Amerika Serikat (AS), kata Mahendra, pertumbuhan ekonomi solid dengan dukungan konsumsi domestik. Sementara inflasi di AS tercatat sebesar 3% pada Januari 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Amerika Serikat pertumbuhan ekonomi solid, dengan aktivitas ekonomi didukung oleh konsumsi domestik, inflasi berada di 3% pada Januari 2025 dan core CPI atau indeks harga konsumen naik ke 3,3% yang menunjukan bahwa tekanan harga di luar negeri dan pangan masih cukup tinggi," jelasnya.

Selain itu, Mahendra juga mengatakan Bank Sentral AS atau the Fed kemungkinan besar hanya akan memangkas suku bunganya dua kali di tahun ini.

ADVERTISEMENT

Dari sisi geopolitik, ia mengatakan upaya penyelesaian konflik antara Ukraina dan Rusia masih belum menemukan titik terang kendati telah dilakukan serangkaian pertemuan internasional.

"bahkan pertemuan terakhir antara Presiden Amerika Serikat dengan Presiden Ukraina terlihat jelas tidak mencapai kesepakatan," ungkapnya.

Selain itu, Mahendra mengatakan rencana penerapan tarif baru AS terhadap negara mitra dagang utamanya kian pasti akan diterapkan. Ia mengatakan, hal ini akan meningkatkan ketidakpastian di perekonomian global.

Sementara di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi cenderung bertahan dengan CPI tercatat cenderung rendah sebesar 0,5% dengan indeks harga produsen terus mengalami kontraksi. Sementara Bank Sentral Tiongkok masih mempertahankan suku bunga acuan.

"Tiongkok juga memperketat regulasi ekspor Rare Earths yang juga dapat berdampak pada perkembangan industri teknologi global," tutupnya.

Simak juga Video 'OJK Sebut Gen Z-Milenial Dominasi Penyumbang Kredit Macet di Pinjol':

(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads