Asosiasi Buruh Luruskan Kronologi PHK Massal Pabrik Sepatu Tangerang

Asosiasi Buruh Luruskan Kronologi PHK Massal Pabrik Sepatu Tangerang

Andi Hidayat - detikFinance
Jumat, 14 Mar 2025 06:00 WIB
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea/Foto: Andi Hidayat/detikcom

Berita PHK buat Buruh Ketakutan

Andi juga menegaskan, data terkait 60 perusahaan gulung tikar yang dirilis Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) terhitung sejak 2021. Ia pun membantah adanya berita PHK besar-besaran.

"Sekarang seolah-olah menjadi besar padahal faktanya yang baru hari ini adalah hanya Sritex Group (PT Sri Rejeki Isman) kalau 2025, ya. Kalau yang lain itu dan yang Danbi (PT Danbi Internasional), Garut itu 2025. Yang lain-lain itu terjadi 2024, 2023, mungkin masalahnya belum terselesaikan sampai hari ini, tetapi dicatat menjadi seolah-olah PHK 2025, 60 perusahaan melakukan pengurangan karyawan," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kesempatan yang sama, Ketua PUK SP TSK SPSI PT Victory Chingluh Agus Darsana mengatakan, pensiun dini menjadi penawaran yang juga ditawarkan oleh manajemen pabrik. Ia juga mengakui, kesimpangsiuran PHK masal menakut-nakuti anggota SPSI di PT Victoria Ching Luh.

Namun begitu, ia menegaskan bahwa tidak ada rencana PHK yang dilakukan perusahaan di tahun 2025.

ADVERTISEMENT

"Ini berita juga menjadi menakutkan bagi anggota-anggota kami yang ada di perusahaan, kemarin ada yang nanya ada PHK lagi? Nggak ada. Di tahun 2025, sudah dipastikan tidak ada PHK lagi di Victoria Ching Luh," tutupnya.

Dalam catatan detikcom, sebelumnya Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Septo Kalnadi mengungkapkan PT Adis Dimension Footwear telah melakukan PHK terhadap 1.500 karyawannya.

Sementara, PT Victory Ching Luh sedang dalam proses PHK terhadap 2.000 karyawan. Menurut penjelasan yang disampaikan, kata Septo, penurunan pesanan dari pemegang merek menjadi faktor utama yang memaksa kedua perusahaan tersebut mengurangi volume produksi.

Hal ini diperkuat dengan keterangan bahwa salah satu perusahaan selama ini memasok beberapa seri sepatu untuk merek ternama seperti Nike.

"Order dari pemegang merek yang kurang sehingga mereka tidak mendapatkan order. Tidak mendapatkan order sehingga kan dari order itu mereka akan melakukan PHK," ungkap Septo.


(ara/ara)

Hide Ads