Imbas Tarif Impor Trump, Hyundai Potong Gaji Bos-Tawarkan Pensiun

Imbas Tarif Impor Trump, Hyundai Potong Gaji Bos-Tawarkan Pensiun

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Sabtu, 15 Mar 2025 17:45 WIB
AS Tingkatkan Tekanan Terhadap Cina Dengan Tarif Impor Baru Senilai 200 Miliar Dolar
Ilustrasi/Foto: DW (News)
Jakarta -

Produsen baja asal Korea Selatan, Hyundai Steel, mengumumkan penerapan status manajemen darurat imbas terganggunya rantai produksi perusahaan hingga aturan tarif impor yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.

Salah satu outlet media Korea Selatan, Dong-A Ilbo, melaporkan dengan penerapan status manajemen darurat ini Hyundai Steel dapat melakukan berbagai langkah dan upaya pemotongan biaya.

Salah satunya adalah pengurangan gaji sebesar 20% untuk semua eksekutif alias anggota direksi dan komisaris. Selain itu anak usaha Hyundai Motor Group tersebut juga melakukan penyederhanaan perjalanan bisnis ke luar negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perusahaan juga mempertimbangkan untuk menerima aplikasi pensiun sukarela dari semua karyawan," tulis Dong-A Ilbo dalam laporannya, dikutip Sabtu (15/3/2025).

Diketahui produsen baja pertama di Korea Selatan ini memang tengah menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal. Salah satunya terkait gangguan pada rantai produksi perusahaan karena pemogokan yang dilakukan serikat pekerja.

ADVERTISEMENT

"Sejak September (2024), Hyundai Steel telah menghadapi kesulitan dalam negosiasi upah dengan serikat pekerja. Perusahaan mengusulkan bonus kinerja sekitar 26,5 juta won per karyawan secara rata-rata, tetapi serikat pekerja menolak tawaran tersebut dan melanjutkan pemogokan," terang Dong-A Ilbo.

Dalam hal ini serikat pekerja menuntut bonus kinerja tambahan di tingkat Hyundai Motor Group. Namun perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan serikat pekerja karena situasi keuangannya menyulitkan untuk meningkatkan bonus.

Kemudian perusahaan baru-baru ini juga susah mengurangi operasi di Pabrik Pohang Nomor 2. Kemudian mereka juga menerima aplikasi pensiun sukarela dari staf teknis di pabrik Pohang dan aplikasi transfer untuk penugasan kembali ke pabrik Dangjin dan Incheon.

"Penurunan industri konstruksi domestik telah mengurangi permintaan untuk baja pelat berat, yang selanjutnya memperburuk kondisi pasar," papar oulet media itu.

Masih belum cukup, banjirnya produk baja murah asal China turut menggerogoti pangsa pasar Hyundai Steel. Membuat produk yang mereka hasilkan semakin tidak laku dan meningkatkan kekhawatiran akan operasional perusahaan mendatang.

"Sebagai tanggapan, pemerintah telah memutuskan untuk mengenakan bea antidumping pada baja pelat berat China dan telah menyelidiki produk baja canai panas China dan Jepang," terang Dong-A Ilbo.

Bak jatuh tertimpa tangga, terakhir Hyundai Steel perlu melakukan efisiensi anggaran perusahaan karena menurunnya daya saing ekspor imbas kebijakan pengenaan tarif 25% Trump pada produk baja dari Korea dan negara-negara lain yang berlaku mulai Rabu (12/3) kemarin.

"Lebih jauh, kekhawatiran atas daya saing ekspor meningkat saat Presiden Trump mengenakan tarif 25% pada produk baja dari Korea dan negara-negara lain pada hari Rabu," katanya.

(eds/eds)

Hide Ads