Sri Mulyani Pastikan RI Kuat Meski Trump Kobarkan Perang Dagang

Sri Mulyani Pastikan RI Kuat Meski Trump Kobarkan Perang Dagang

Iganacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Sabtu, 15 Mar 2025 21:32 WIB
WASHINGTON, DC - FEBRUARY 28: U.S. President Donald Trump speaks as he departs the White House on February 28, 2025 in Washington, DC. Trump spoke on his contentious Oval Office meeting with Ukrainian President Volodymyr Zelensky.   Chip Somodevilla/Getty Images/AFP (Photo by CHIP SOMODEVILLA / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, ekonomi Indonesia masih kuat.

"Perang dagang melalui kenaikan tarif diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap negara-negara yang dulu adalah sekutu: Canada, Eropa, Mexico dan juga terhadap RRT, menimbulkan reaksi retaliasi dan resiprokalitas," ujar Sri Mulyani dikutip dari Instagram resminya @smindrawati, Sabtu (15/3/2025).

"Setiap negara harus bekerja keras melindungi kedaulatan dan kepentingan masing-masing - tidak terkecuali Indonesia," tegasnya lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sri Mulyani di tengah eskalasi perang dagang , ekonomi Indonesia masih mampu bertahan positif. Kondisi ini terbukti dari hasil kinerja pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 yang masih di atas 5%.

Kemudian angka inflasi rendah dan Neraca Pembayaran 2024 surplus US$ 7,2 miliar atau naik 14,2% dari tahun sebelumnya menjadi petunjuk lain bahwa ekonomi RI masih baik-baik saja.

ADVERTISEMENT

"Posisi Keseimbangan tetap baik dengan surplus Neraca Perdagangan Januari 2025 naik 78% (US$ 1,5 milyar ) dibanding tahun 2024 hingga mencapai US$ 3,5 miliar," terang Sri Mulyani

Bendahara negara ini juga menyampaikan APBN hingga Februari 2025 defisit sebesar Rp 31,2 triliun. Kondisi ini terjadi lantaran penerimaan negara masih lebih kecil daripada pengeluarannya.

Pendapatan negara per Februari 2025 baru mencapai Rp 316,9 triliun atau 10,5% target. Sedangkan untuk belanja negara di dua bulan pertama 2025 sudah mencapai Rp 348,1 triliun atau 9,6% dari pagu anggaran.

Sri Mulyani mengatakan sampai saat ini penerimaan memang masih mengalami perlambatan, terutama karena moderasi harga komoditas. Namun berbagai inisiatif strategis dan perbaikan administratif terus dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan penerimaan negara.

"Belanja negara tetap on track, dengan efisiensi, namun tetap menjaga belanja bantuan sosial dan kepentingan serta kebutuhan rakyat. APBN tetap agile sebagai instrumen penting untuk menjaga kinerja ekonomi serta mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat," pungkasnya.

(hns/hns)

Hide Ads