RI Bisa Jadi Sasaran Tarif Impor AS, Mendag Antisipasi Hal Ini

RI Bisa Jadi Sasaran Tarif Impor AS, Mendag Antisipasi Hal Ini

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 18 Mar 2025 12:13 WIB
Menteri Perdagangan Budi Santosa ditemui di UNS, Selasa (11/3/2025)
Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng
Jakarta -

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mewaspadai terkait Indonesia kemungkinan menjadi salah satu sasaran kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kanada, Meksiko, dan China menjadi negara yang terkena kebijakan tarif impor.

Budi menyoroti defisit perdagangan antara AS dengan Indonesia dan surplus perdagangan Indonesia-AS. Untuk itu, pihaknya akan mengantisipasi kebijakan tarif impor serta resiprokal, salah satunya dengan menjaga perdagangan antara Indonesia dengan AS.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan non migas Indonesia-AS tercatat surplus sebesar US$ 1,57 juta pada Februari 2025. Angka ini tercatat sebagai negara dengan surplus tertinggi, disusul India dan Filipina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi ekspor kita besar, impor kita enggak terlalu besar dari AS kita jaga dulu, kita jaga. Jadi dalam waktu dekat ini gimana supaya akses pasar kita ke sana aman, tetapi akses AS ke sini jangan diganggu, karena kita terlalu besar ekspor ke sananya, kita jaga dulu yang penting itu dulu," kata Budi saat ditemui di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025).

Menurut Budi, Indonesia saat ini masih dalam keadaan aman. Sebab, Indonesia masuk dalam posisi ke 15 negara defisit ke AS. Dia pun masih menunggu pengumuman tarif kebijakan impor Trump lebih lanjut.

ADVERTISEMENT

"Jadi, Amerika ini lagi melihat-melihat yang defisit terbesar mana. Kita kan nomor 15 termasuk gede. Sementara masih aman, kita tunggu rencananya kan tanggal 2 April mau diumumkan, tapi kemarin kami ketemu dengan Dubes AS, beliau juga sudah ngasih kisi-kisi negara, kira kira kenapa negara lain harus dikenakan penyebabnya apa sudah dikasih kisi-kisi," jelas Budi.

Seperti diketahui Trump mengenakan sejumlah tarif impor kepada sejumlah negara, seperti Meksiko, Kanada, dan China. Trump mengenakan tarif impor 10% untuk energi dan 25% untuk produk lainnya di Kanada, 25% untuk Meksiko dan 10% untuk China.

Pengenaan tarif ini memicu aksi balasan dari negara-negara tersebut dengan mengenakan tarif impor balik. Misalnya China membalas dengan mengenakan tarif 15% untuk batubara dan LNG, 10% untuk minyak mentah dan mesin pertanian dari AS. Lalu Kanada mengenakan tarif 25% untuk berbagai produk impor dari AS.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menyebut kebijakan Trump ini sebagai war game. Sasarannya adalah negara yang surplus perdagangan terhadap AS. setidaknya ada 20 negara yang mencatatkan surplus terhadap AS. Selain China hingga Vietnam, Indonesia juga masuk di dalamnya.

Sri Mulyani Indrawati menilai sejak Trump menjabat kembali sebagai Presiden AS terjadi perubahan ekonomi global yang semula multilateralisme menjadi unilateralisme atau secara sepihak. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan tarif impor yang dikenakan sejumlah negara.

"Ini yang disebut the war game sekarang di bidang ekonomi. Trade yang tadinya berdasarkan the rule base bisa secara sepihak diubah dan Presiden Trump mengincar negara yang memiliki surplus terhadap AS," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2025).

Simak juga Video: Airlangga Bicara Pengaruh Kebijakan Trump Terhadap Perekonomian RI

(kil/kil)

Hide Ads