PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) memastikan bakal mendorong optimalisasi kawasan industri di Indonesia. Hal itu untuk mewujudkan tercapainya target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% di 2025-2029 dan mendukung Asta Cita Pemerintah ke-5.
Adapun realisasinya dengan melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) BRI dengan Himpunan Kawasan Industri (HKI). MoU ini ditandatangani oleh Direktur Commercial, Small & Medium Business BRI Amam Sukriyanto dan Sekjen HKI Priyo Budianto, serta disaksikan oleh Wakil Menteri Perindustrian RI Faisol Riza, dalam Gathering Nasional Kawasan Industri 2025 di Menara BRILiaN, Jakarta pada pertengahan Maret 2025. .
Amam Sukriyanto mengatakan bahwa dari sisi perbankan, BRI siap mendukung pertumbuhan industri manufaktur dengan layanan dan produk unggulan yang mendukung ekosistem bisnis kawasan industri. Dia optimistis bahwa pertumbuhan industri manufaktur ke depan akan semakin meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"BRI selalu mendukung upaya-upaya positif yang dapat membawa industri Indonesia terus tumbuh pesat. Dengan sinergi bersama HKI, kami optimistis dapat mengoptimalkan pertumbuhan bisnis kawasan industri di seluruh Indonesia melalui layanan perbankan yang komprehensif," kata Amam dalam keterangan tertulis, Senin (24/3/2025).
Dia berharap kolaborasi ini menjadi langkah strategis dalam mendukung ekosistem industri yang lebih berdaya saing.
"BRI pun berkomitmen untuk terus mendorong pembiayaan berkelanjutan, termasuk skema khusus bagi kawasan industri berwawasan lingkungan agar investasi di sektor ini semakin berkembang," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian RI Faisol Riza menegaskan bahwa kawasan industri bukan sekedar lokasi industri, tetapi juga sebagai pusat ekosistem industrialisasi yang mendorong produktivitas nasional. Menurutnya, kinerja sektor industri pengolahan non migas tetap menjadi andalan atau tulang punggung perekonomian Indonesia.
"Pada tahun 2024, sektor industri pengolahan non migas masih menjadi penyumbang PDB nasional terbesar yaitu 17,16% dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,75%, dan memberikan penerimaan pajak terbesar hingga mencapai angka 25,84%. Pencapaian ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan non migas tetap memiliki peran vital dalam perekonomian kita, yaitu sebagai sektor utama pencipta nilai tambah dan lapangan pekerjaan," tutup Riza.
(ega/ega)