Waduh! Kratom Asal RI Terancam Kena Hukuman dari Donald Trump

Waduh! Kratom Asal RI Terancam Kena Hukuman dari Donald Trump

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 26 Mar 2025 16:38 WIB
Seorang warga menuangkan remahan kratom atau daun purik hasil cacahan di usaha rumahan setempat di Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Sabtu (10/2/2024). Tanaman kratom (mitragyna speciosa) yang merupakan bahan baku minuman sejenis jamu khas Kabupaten Kapuas Hulu tersebut dijual warga setempat dalam bentuk daun mentah/basah seharga Rp2.500 - Rp3.000 per kilogram, dan remahan atau cacahan seharga Rp12 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/nz
Foto: Antara Foto/Jessica Wuysang
Jakarta -

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi terkena kebijakan tarif masuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Ia menjelaskan saat ini pemerintahan Trump sedang mengevaluasi negara-negara yang membuat neraca perdagangan mereka defisit. Di mana saat ini Indonesia disebut-sebut berada di posisi ke-15.

"Kita berada dalam top 15, dan kebetulan yang akan di-review di top 15. Jadi, kita adalah salah satu yang akan mendapatkan review," kata Rosan dalam acara seminar di Menara Kadin, Selasa (26/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan begitu, saat ini Indonesia masih masuk dalam pengawasan pemerintahan Trump untuk kemudian dipertimbangkan apakah akan dikenakan sanksi atau tidak. Namun di luar ancaman tersebut, Indonesia memiliki satu komoditas yang menurut Rosan laku keras di AS, yakni tanaman kratom.

"Kratom itu intinya adalah tanaman yang terutama banyak di Kalbar, yang bisa dipakai untuk pengobatan, herbal, dan ternyata 96% kratom yang masuk ke US, adalah berasal dari Indonesia," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya di luar ancaman tarif, Indonesia juga memiliki potensi ekspor kratom yang sangat besar sebagai peluang ekonomi baru. Bahkan ia menyebut nilai ekspor komoditas ini bisa mencapai US$ 350 juta atau setara Rp 5,8 triliun (asumsi kurs Rp 16.571 per dolar AS).

"Nilai ekspor kurang lebih US$ 350 juta, dan sekarang ini, saya lihat dari Kementerian Perdagangan sudah ada ekspor yang berikutnya. Karena menurut saya itu juga salah satu potensi yang sangat-sangat besar," ucap Rosan.

Rosan mengaku baru menyadari besarnya potensi ekspor kratom setelah bertemu dengan asosiasi terkait. Menurutnya, produk ini ternyata memiliki pasar yang cukup besar dan diterima dengan baik di AS.

"Itu salah satu yang kelihatannya produk yang cukup diterima di pasar di Amerika. Kalau nanti ini saya persilakan meng-google Kratom itu apa. Nah itu jadi salah satu ekspor kita ke US," paparnya.

Lihat juga Video 'AS Tarik Ribuan Botol Benadryl karena Risiko Keracunan Anak':

(fdl/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads