Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah Indonesia saat ini tidak perlu khawatir yang berlebihan imbas tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada puluhan negara termasuk Indonesia.
Sebab menurut perhitungannya, kebijakan tarif resiprokal AS terhadap Indonesia tidak akan berimbas langsung terhadap ekonomi dalam negeri. Sehingga dampak yang ditimbulkan akan sangat terbatas.
"Kami melihat bahwa porsi ekspor Indonesia terhadap PDB relatif rendah sekitar 23,8% dan porsi ekspor ke Amerika juga hanya 10% dari total ekspor Indonesia," kata Luhut dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (8/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alih-alih mengalami tekanan secara langsung, Luhut menilai perekonomian RI hanya akan lebih banyak terimbas perang dagang yang ditimbulkan dari kebijakan tarif resiprokal Trump tersebut.
"DEN telah melakukan simulasi, ekonomi Indonesia ini akan mengalami tekanan karena dampak kontraksi dan volume perdagangan dunia akibat tarif resiprokal dari AS dan retaliasi dari beberapa negara lain seperti China dan Jepang, Uni Eropa," terangnya.
Selain itu menurutnya Indonesia saat ini juga sudah sangat berpengalaman mengatasi berbagai krisis ekonomi global besar, seperti dulu saat Pandemi Covid-19. Atas dasar inilah menurut pemerintah tidak perlu merasa khawatir, walaupun tetap harus waspada.
"Kita sebenarnya tidak perlu khawatir berlebihan. Bahwa kita waspada, yes. Pengalaman kita juga menangani kasus-kasus besar sudah cukup banyak, bagaimana negara-negara lain pontang-panting menghadapi covid kita bisa mengatasi dengan baik," tegas Luhut.
"Kita akan bisa atasi bersama-sama atas semua kita yang hadir di sini, kita kompak, dan kita satu padu, dan kita saling mendukung untuk tadi menyelesaikan masalah ini. Karena kita punya data dan potensi yang kuat bahwa kita mampu memitigasi masalah ini," sambungnya.
Simak juga Video: Airlangga Ungkap Arahan Prabowo Soal Tarif Impor Trump