Bos OJK Bicara Kondisi Ekonomi RI Usai Serangan Tarif Impor Trump

Bos OJK Bicara Kondisi Ekonomi RI Usai Serangan Tarif Impor Trump

Andi Hidayat - detikFinance
Selasa, 08 Apr 2025 21:43 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (tengah) dan Ketua Dewan Audit Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sophia Wattimena (keempat kiri) berfoto bersama sejumlah pembicara dalam diskusi panel Risk and Governance Summit 2023 di Jakarta, Kamis (30/11/2023). Forum tahunan bagi para pemangku kepentingan di bidang Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Kepatuhan (GRC) bertujuan membangun komitmen, strategi, dan inisiatif baru dalam mengakselerasi peningkatan efektivitas good governance. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ADITYA PRADANA PUTRA
Jakarta -

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar merespons perang dagang yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat
(AS) Donald Trump. Kebijakan Donald Trump tersebut juga berlaku buat produk asal Indonesia yang terkena tarif impor 32%.

Menurut Mahendra secara fundamental perekonomian Indonesia siap menghadapi tarif tinggi AS. Presiden Prabowo Subianti juga telah melakukan pembahasan untuk negosiasi dengan AS untuk menciptakan kebijakan yang saling menguntungkan.

"Terkait dengan perkembangan pengenaan tarif resiprokal dari Pemerintah Amerika, dari Presiden Trump, Indonesia sangat siap. Saya lihat, merespons dengan yang terbaik ya menurut saya yang dapat dilakukan oleh Indonesia," kata Mahendra ditemui wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahendra menilai kondisi perekonomian domestik mencatat pertumbuhan yang baik seperti neraca perdagangan yang tercatat surplus.

Selain itu, Indonesia memiliki daya tawar yang tinggi bagi ekosistem investasi. Bahkan, memiliki peluang memperluas pasar ekspor sambil terus memperhatikan regulasi anti-dumping untuk menjaga pasar domestik.

ADVERTISEMENT

"Jadi sangat sangat sangat kuat sangat solid dan jelas respon yang akan diambil oleh Indonesia dan saya harap ini juga memberikan pesan yang sama jelasnya dan sama sama detailnya kepada mereka yang juga melakukan perdagangan ataupun memiliki saham yang listed di Bursa (BEI) karena kalau dengar tadi, maka apa yang kita lakukan dalam konteks itu tadi mestinya akan bisa kita respon dengan cepat dan tepat," ungkapnya.

Di sisi lain Mahendra menilai tarif yang tinggi tidak akan berdampak langsung pada risiko kredit perbankan. Ia pun meminta para pelaku pasar tidak khawatir dengan hal tersebut sepanjang menerapkan mitigasi risiko yang tepat.

"Jadi dalam konteks itu masih terlalu awal melihatnya. Tapi kalau cara pandang dan pengukurannya demikian, sebenarnya tidak terlihat akan ada dampak yang real hanya memang karena ini baru memang mesti dilihat dalam beberapa waktu tapi itu satu kalau terkena secara menyeluruh," jelasnya.

(hns/hns)

Hide Ads