Australia Tolak Ajakan China Lawan Balik Tarif Trump

Australia Tolak Ajakan China Lawan Balik Tarif Trump

Retno Ayuningrum - detikFinance
Kamis, 10 Apr 2025 11:24 WIB
WASHINGTON, DC - APRIL 02: Charts that show the reciprocal tariffs the U.S. is charging other countries are on display at the James Brady Press Briefing Room of the White House on April 2, 2025 in Washington, DC. Hosting a Make America Wealthy Again trade announcement event in the Rose Garden touting as a Liberation Day event, President Donald Trump announced sweeping new tariffs targeting goods imported to the U.S. on countries including China, Japan and India.   Alex Wong/Getty Images/AFP (Photo by ALEX WONG / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Tarif Impor Trump/Foto: Getty Images via AFP/ALEX WONG
Jakarta -

Australia menolak tawaran China untuk bekerja sama melawan balik kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Sebaliknya, Australia akan terus memperluas mitra dagangnya.

Duta Besar China Xiao Qian mendesak Australia dan mitra dagang lainnya untuk bersama-sama melawan yang menyebabkan perubahan dunia, termasuk tarif Trump. Hal ini disampaikan Xiao Qian dalam sebuah opini yang ditulis untuk sebuah surat kabar Sydney.

"Dalam situasi baru ini, China siap bekerja sama dengan Australia," tulis Xiao di Sydney Morning Herald dikutip dari Straits Times, Kamis (10/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapi hal itu, Wakil Perdana Menteri Australia Richard Marles mengatakan pihaknya tidak ingin melihat perang dagang antara AS dan China. Alih-alih melawan balik AS, Australia fokus pada perluasan mitra dagangnya.

"Kami tidak akan bergandengan tangan dengan China dalam hal persaingan apa pun yang tengah berlangsung di dunia. Kami tidak melakukan hal itu (lawan balik AS). Apa yang kami lakukan adalah mengejar kepentingan nasional Australia dan mendiversifikasi perdagangan kami di seluruh dunia," kata Wakil Perdana Menteri Richard Marles kepada Sky News, dikutip dari Reuters.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan, Australia akan membangun ketahanan ekonominya dengan memperkuat hubungan perdagangan dengan Uni Eropa, Indonesia, India, Inggris, dan Timur Tengah.

Seperti diketahui, Trump menerapkan kebijakan tarif impor tinggi ke sejumlah negara. Kebijakan tersebut mendapat berbagai respons dari negara-negara sasaran, termasuk China yang terus melawan balik AS. Terbaru, China menjadi satu-satunya negara yang diterapkan tarif impor sebesar 125% di saat Trump menunda kebijakan tersebut. Untuk Australia, Trump telah mengenakan tarif sebesar 10%.

(rea/ara)

Hide Ads