Kementerian Perdagangan (Kemendag) merespons soal toko ritel di Indonesia bertumbangan. Salah satu penyebabnya karena perubahan perilaku dari masyarakat dalam berbelanja.
Hal ini dikatakan oleh Direktur Bina Usaha Perdagangan Kemendag Septo Soepriyatno, dalam konferensi pers Franchise, License, and Business Concept Expo & Conference (IFRA) di kawasan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2025).
"Tren 5 tahun terakhir mungkin kita masih belanja-belanja bulanan. Sekarang ini masyarakat belanja untuk cukup kebutuhan harian," kata Septo, dikutip Kamis (17/4/2025).
Septo telah melakukan pembicaraan dengan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Menurutnya bentuk bisnis ritel saat ini telah berubah, tidak lagi hanya tempat perbelanjaan.
"Bisa bayangkan di mana pusat perbelanjaan ini dijadikan tempat tidak hanya untuk belanja. Tapi dijadikan tempat untuk gaya hidup, sosialisasi, interaksi sosial. Kemudian juga mendapatkan journey atau experience di sana," terangnya.
Oleh sebab itu, pengelola pusat perbelanjaan harus mencari strategi bagaimana meramaikan bisnis di pusat perbelanjaan itu sendiri.
"Ini yang memang menjadi tantangan bagaimana kita bisa menciptakan pusat perbelanjaan yang tidak hanya sebagai tempat belanja," ujar dia.
Sebagai informasi, sejumlah ritel besar memang telah bertumbangan di Indonesia. Dalam catatan detikcom, beberapa ritel telah menutup sejumlah gerainya seperti Matahari, Giant, hingga terbaru Lulu Hypermarket.
Simak juga Video: Lulu Hypermart Dikabarkan Tutup, Produk Hampir Tak Tersisa
(ada/hns)