.webp)
Sejumlah perusahaan asal China kedapatan mengakali tarif resiprokal sebesar 145% dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan memalsukan label "made in Korea" atau buatan Korea Selatan untuk produk-produk yang mereka ekspor ke AS.
Melansir Nikkei Asia, Jumat (25/4/2025), Bea Cukai Korea Selatan melaporkan produk-produk ekspor China yang dilabeli buatan Korea Selatan sepanjang Januari-Maret atau kuartal I 2025 sudah menembus 29,5 miliar won (US$ 20,7 juta) atau Rp 348,46 miliar (kurs Rp 16.834/dolar AS).
Dari jumlah ini, 97% dari barang-barang 'made in Korea' asal China ini ditujukan ke Negeri Paman Sam. Sementara total untuk keseluruhan nilai ekspor pencatutan nama Negeri Gingseng ini sepanjang 2024 lalu mencapai 34,8 miliar won.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan kata lain, penipuan yang terungkap sejauh ini pada tahun 2025 telah mencapai 85% dari total tahun penuh untuk tahun 2024," terang Bea Cukai Korea Selatan.
Tindakan pemalsuan label itu diyakini sebagai taktik perusahaan-perusahaan China menghindari tarif dagang Trump. Sejak 9 April 2025, barang-barang China yang masuk ke AS dikenai tarif 145%.
Sebab meskipun barang-barang asal Korea Selatan juga dikenai tarif resiprokal Trump, namun besaran tarif yang dikenakan masih sangat rendah terlebih jika dibandingkan dengan China, yakni hanya 10%.
Dijelaskan, modus utama yang digunakan para pengusaha China ini adalah dengan membuka perusahaan di Korea Selatan untuk menyimpan produk asal Tiongkok. Barulah kemudian, melalui perusahaan-perusahaan 'cangkang' ini para pengusaha melakukan ekspor ke AS.
Sebagai contoh, ada produk kasur buatan Tiongkok, yang dikenakan bea antidumping oleh AS. Kasur-kasur tersebut disimpan di gudang sebuah perusahaan yang didirikan di Korea Selatan oleh pengusaha China, kemudian diekspor ke AS sebagai produk Korea Selatan.
Dalam kasus lain, bahan elektroda untuk baterai isi ulang diangkut dari Tiongkok ke Korea Selatan, dikemas ulang dan diberi label sebagai produk Korea Selatan. Kasus lain lagi melibatkan komponen kamera pengintai yang diimpor ke Korea Selatan, kemudian dirakit dan diekspor sebagai produk Korea Selatan.
Sebagai tindak lanjut, bea cukai Korsel kemudian meluncurkan tim khusus untuk menindak praktik-praktik tersebut. Sebab menurut mereka praktik pencatutan lebel 'made in Korea' ini dapat merusak kredibilitas Negeri Gingseng hingga merusak industri dalam negeri.
Simak juga Video Trump Sebut Tarif Impor China Tidak Akan Mendekati 145%
