Nike cs Teriak Minta Pembebasan Tarif, Bisnis Terancam Tutup

Nike cs Teriak Minta Pembebasan Tarif, Bisnis Terancam Tutup

Amanda Christabel - detikFinance
Sabtu, 03 Mei 2025 12:30 WIB
U.S. President Donald Trump looks on, as he signs executive orders and proclamations in the Oval Office at the White House in Washington, D.C., U.S., April 9, 2025. REUTERS/Nathan Howard
Foto: REUTERS/Nathan Howard
Jakarta -

Kelompok dagang Footwear Distributors & Retailers of America (FDRA) mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membebaskan tarif timbal balik terhadap komoditas alas kaki. Hal ini disampaikan oleh beberapa produsen alas kaki melalui surat yang ditandatangani oleh para perwakilan termasuk merek Nike, Adidas America, dan Skechers.

Surat ini ditulis sejak 29 April 2025 dan telah ditandatangani oleh 76 perusahaan alas kaki lainnya seperti Deckers Brands, Capri Holdings, Under Armour, dan VF Corp. FDRA mengatakan industri alas kaki sudah menghadapi pungutan tarif yang signifikan, termasuk sepatu anak-anak yang sering kali memiliki tarif 20%-37,5%, atau bahkan lebih tinggi dari adanya penetapan penghitungan tarif baru.

Trump telah mengenakan tarif yang besar pada barang-barang dari mitra dagang utama AS, yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga. Trump telah memberlakukan tarif besar ini pada awal April 2025, termasuk tarif sebesar 145% untuk impor dari China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Perdagangan China pada Jumat (2/5/2025) mengatakan, Beijing sedang mengevaluasi tawaran dari Washington untuk mengadakan pembicaraan mengenai tarif Trump yang melumpuhkan ini.

Perusahaan alas kaki, Adidas, menahan diri untuk tidak menaikkan estimasi keuangan tahunan di 2025 meskipun hasil kuartal pertama menunjukkan hasil yang jelas lantaran ketidakpastian seputar tarif impor AS. Demikian pula, Skechers juga menarik perkiraan keuangan tahunannya, dengan alasan kebijakan perdagangan pemerintahan Trump yang tidak menentu.

ADVERTISEMENT

"Melihat sifat industri alas kaki di AS, bisnis alas kaki dan masyarakat menghadapi ancaman eksistensial dari kenaikan biaya yang sangat besar tersebut. Ratusan bisnis menghadapi prospek penutupan," tulis surat dari FDRA, mengutip dari Reuters, Sabtu (3/5/2025).

FDRA meminta adanya pendekatan yang lebih terarah, seperti penetapan tarif yang difokuskan pada barang-barang strategis daripada barang-barang konsumen dasar.

(fdl/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads