Berbagai hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan menjadi perhatian perguruan tinggi. Beberapa di antaranya jaminan kesehatan dosen, asuransi hingga outsourcing.
Guru Besar Tetap di Bidang Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Ratna Wardhani menyebut isu mengenai jaminan keselamatan serta kesehatan kerja (K3) bagi civitas akademika menjadi sangat penting. Ratna menilai perlu melakukan penilaian risiko (risk assessment) apabila ingin memperbaiki sistem keselamatan kerja.
"Kita sudah punya ForSe sebagai unit fakultas. Ini perannya akan ditingkatkan lagi dengan membuat organisasi sistem keselamatan kerja yang optimal. Di mana kita awali risk assessment. Baru kemudian kita akan melihat bagaimana proses bisnis yang sudah kita jalankan ini apakah sudah dapat menghindari dari aspek kecelakaan kerja," ujar Ratna saat acara Paparan Publik Calon Dekan FEB UI yang disiarkan secara online, Kamis (15/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, perlunya jaminan kesehatan bagi dosen, seperti asuransi. Saat ini, UI sendiri telah memberikan jaminan asuransi bagi setiap dosen. Kendati begitu, hal ini perlu diulas kembali agar manfaatnya dapat dirasakan lebih besar bagi dosen.
"Terkait dengan isu-isu yang ada kalangan mahasiswa dan juga pekerja seperti outsourcing, mental wellness, di mana fakultas harus dapat melakukan quick response terhadap isu yang terjadi ini. Ini juga dikeluhkan mahasiswa sehingga kita harus membuka dialog interaktif dengan mahasiswa dan civitas akademika," terang Ratna.
Senada, Kepala Unit Penjaminan Mutu Akademik FEB UI Siti Nuryanah menilai asuransi juga dibutuhkan dalam kesehatan mental. Menurut dia, ada juga dosen yang mengalami kesepian (feeling lonely).
"Kebayang enggak sih ternyata ada rekan-rekan yang dia feeling lonely ya. Jadi, itu yang perlu kita tingkatkan kebersamaan tadi mentalnya. Gimana mindfull gimana ini yang perlu kita jaga. Rekan-rekan kita sesama kita yang terjadi saya bilang dosen juga kupu-kupu kuliah kuliah pulang kuliah pulang ya. Jadi enggak pernah ngobrol gitu di sini ya. Jadi ini maksud saya menjadi culture yang perlu kita bangun di institusi kita," tutur Siti.
Untuk mahasiswa yang mengalami masalah mental, dia menilai perlunya pelatihan. Tidak hanya untuk menunjang pendidikan akademik, tapi juga untuk kesehatan mental. Siti menerangkan dalam sesi pelatihan itu, ada alumni yang berbagi cara menjaga kesehatan mental.
"Kta butuh yang namanya yang di dalam coaching. Jadi ada alumni atau yang asli itu datang memberikan workshop maupun training, basic life skill ya tadi semua tentang preventif. Bagaimana supaya lebih sehat secara mental dan jiwa dan raga gitu kan," imbuh Siti.
Simak juga Video Survei KPK: 30% Guru atau Dosen Masih Mewajarkan Gratifikasi