Ekonomi Jepang menyusut untuk pertama kalinya dalam setahun, dan penurunannya lebih besar dari yang diperkirakan. Hal ini terlihat dari data kuartal Maret yang dirilis pada hari Jumat. Kondisi ini menunjukkan pemulihan ekonomi Jepang masih rapuh, apalagi sekarang terancam oleh kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump.
Dilansir dari Reuters, Jumat (16/5/2025), produk domestik bruto (PDB) riil Jepang terkontraksi 0,7% per tahun pada Januari hingga Maret 2025, angkanya jauh lebih besar dari perkiraan pasar rata-rata untuk penurunan 0,2%.
Data ini juga menunjukkan tantangan besar yang dihadapi pemerintah Jepang, karena tarif tinggi dari Amerika Serikat membuat masa depan ekonomi Jepang yang sangat bergantung pada ekspor, terutama mobil, menjadi tidak pasti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan ekonomi di Jepang banyak disebabkan oleh konsumsi swasta yang stagnan dan ekspor yang turun. Ini menunjukkan ekonomi kehilangan dukungan dari permintaan luar negeri bahkan sebelum pengumuman Trump pada tanggal 2 April tentang tarif impor yang tinggi.
Di sisi lain, belanja modal naik lebih cepat dari yang diharapkan sebesar 1,4%, membantu permintaan domestik menambah 0,7 poin persentase pada pertumbuhan PDB.
"Ekonomi Jepang tidak memiliki pendorong pertumbuhan mengingat lemahnya ekspor dan konsumsi. Negara ini sangat rentan terhadap guncangan seperti dari tarif Trump," kata Yoshiki Shinke, ekonom eksekutif senior di Dai-ichi Life Research Institute.
Pada basis kuartal ke kuartal, ekonomi menyusut 0,2% dibandingkan dengan perkiraan pasar untuk kontraksi 0,1%.
Lihat juga Video: Industri Otomotif Jepang Rugi Jutaan Dolar AS Per Jam Gegara Tarif Trump