.webp)
Pemerintah tengah membahas usulan larangan dan pembatasan (lartas) impor singkong. Usulan ini datang karena Indonesia disebut kebanjiran impor singkong.
Hal itu membuat harga komoditas tersebut sempat anjlok di level petani hingga Rp 1.000/kilogram (kg). Kondisi ini mencuat pada awal tahun 2025.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan berdasarkan laporan yang diterima, pengusaha mengambil bahan baku dari luar negeri hasil budidaya sendiri. Amran menyebut para pengusaha tersebut mempunyai perkebunan yang terletak di luar Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi gini, biasanya yang punya pabrik, yang kami terima laporan, dia punya perkebunan di luar. Ini kirim masuk. Tentu lebih murah karena dia budidayakan sendiri," kata Amran kepada awak media, di kediamannya, Jakarta Selatan, Rabu (3/6/2025).
Kendati begitu, Amran menerangkan kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja. Menurut dia, produksi dalam negeri harus diutamakan terlebih dahulu.
"Ya, tapi ini tidak boleh. Harus dahulukan petani dalam negeri. Ini juga terjadi di susu sapi kemarin. Sekali lagi, saya sampaikan. Seluruh industri yang di sektor pertanian, kami memohon, kami meminta, agar mendahulukan kesejahteraan petani Indonesia. Jangan memprioritaskan petani negara lain. Itu kami minta," terang Amran.
Amran telah melaporkan kondisi tersebut ke Presiden Prabowo Subianto. Untuk itu, dia langsung berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, serta Kementerian Perdagangan agar petani singkong dalam negeri dapat terlindungi.
"Beliau setuju. Nanti apakah tarif atau lartas, terserah. Tapi yang terpenting adalah regulasinya dulu kita perbaiki. Pak Menko Ekonomi sudah setuju. Semua, Bapak Presiden sudah setuju. Perintahkan ke kita," jelas Amran.
Simak juga Video: Demo Petani Singkong di Lampung Ricuh, Massa Lempar Batu
