AS-China Sepakat 'Gencatan Senjata' Perang Dagang

AS-China Sepakat 'Gencatan Senjata' Perang Dagang

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 11 Jun 2025 15:20 WIB
U.S. and Chinese flags and a tariffs label are seen in this illustration taken April 10, 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: (REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta -

Pejabat Amerika Serikat (AS) dan China menyepakati kerangka kerja terkait gencatan senjata terkait pembatasan ekspor China terhadap komoditas tanah jarang. Meskipun, belum ada tanda perang dagang yang telah lama berlangsung akan mereda.

Dalam negosiasi dua hari yang berlangsung di London, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyebut kesepakatan kali ini detail dan mendalam dibanding kesepakatan bulan lalu di Jenewa. Kedua negara diketahui melontarkan perang tarif sangat tinggi hingga tembus tiga digit.

Dikutip dari Reuters, Rabu (11/6/2026), kesepakatan Jenewa sebenarnya kurang kokoh karena China terus membatasi ekspor komoditas mineral penting. Langkah itu direspons Presiden AS Donald Trump dengan membatasi ekspor software desain semikonduktor, pesawat, dan barang-barang lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lutnick mengatakan kesepakatan yang dicapai di London akan menghapus pembatasan ekspor mineral tanah jarang dan magnet dari China. Bersamaan dengan itu AS juga menghapus pembatasan ekspor mereka, meskipun Lutnick tak memberikan rinciannya.

Ia menambahkan, baik China maupun AS akan menyerahkan kerangka kerja itu kepada presiden masing-masing untuk mendapat persetujuan. "Dan jika disetujui, kami akan mengimplementasikan kerangka kerja tersebut," tambah Lutnick.

ADVERTISEMENT

Kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang berubah-ubah telah mengguncang pasar global, memicu kemacetan dan kebingungan di pelabuhan-pelabuhan, dan merugikan perusahaan puluhan miliar dolar akibat hilangnya penjualan dan biaya yang lebih tinggi.

Bank Dunia pada hari Selasa memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya untuk tahun 2025 sebesar empat persepuluh poin persentase menjadi 2,3%.Bank Dunia menyebut tarif yang lebih tinggi dan ketidakpastian yang meningkat menimbulkan hambatan signifikan bagi ekonomi secara keseluruhan.

(ily/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads