Ancaman penutupan Selat Hormuz mencuat di tengah pecahnya konflik antara Iran dan Israel. Parlemen Iran bahkan memberi restu untuk menutup jalur tersebut usai Amerika Serikat (AS) menyerang situs nuklir Iran. Meskipun saat ini Iran dan Israel sudah sepakat gencatan senjata.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arief mengatakan, penutupan Selat Hormuz bakal berdampak pada kinerja industri dalam negeri. Hal ini berkaitan dengan naiknya harga minyak dan gas dunia jika jalur tersebut ditutup.
"Maka kalau harga gas dunia itu naik karena penutupan Selat Hormuz, maka itu akan menurunkan kinerja atau performa manufaktur. Tapi Selat Hormuz itu kan belum ditutup," sebut Febri saat ditemui di kantor Kemenperin, Rabu (25/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Febri menjelaskan, kinerja manufaktur bisa diukur melalui Purchasing Managers Index (PMI) serta Indeks Kepercayaan Industri (IKI). Menurut Febri ada korelasi negatif saat harga energi naik, terutama gas, dengan kinerja industri nasional.
"Berdasarkan hasil uji statistik kami, ditemukan korelasi negatif antara harga energi, terutama gas, dengan IKI, Indeks Kepercayaan Industri, dan dengan PMI, Purchasing Manager Index. Jadi kalau harga gas, harga energi dunia, terutama harga gas itu naik, maka IKI atau PMI-nya itu akan turun, tertekan. Kalau harga gas dunia itu turun maka PMI itu atau IKI itu akan naik," beber Febri.
Namun, ancaman Iran menutup Selat Hormuz berpotensi menjadi bumerang dan merugikan negara di Timur Tengah itu. Iran bisa dijauhi oleh negara-negara tetangga dan mitra dagangnya, meskipun keputusan akhir soal penutupan berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran.
Kemungkinan penutupan Selat Hormuz memicu kekhawatiran akan naiknya harga energi serta meningkatnya ketegangan geopolitik. Pemerintah AS pun meminta China membantu mencegah penutupan tersebut.
Dikutip dari CNBC, Selasa (24/6/2025), kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz sebenarnya masih kecil. Vandana Hari, pendiri lembaga intelijen energi Vanda Insights berpendapat, Iran bisa dimusuhi negara-negara tetangga yang juga penghasil minyak dan berpotensi memicu konflik dengan mereka.
Tercatat Arab Saudi mengirim 5,5 juta barel per hari untuk minyak mentah dan produk minyak melalui jalur tersebut pada tahun 2024. Lalu Uni Emirate Arab sebanyak 1,9 juta barel per hari, Irak 3,2 juta barel per hari, Kuwait 1,3 juta barel per hari, dan Qatar 0,6 juta barel per hari.
Simak juga Video 'Menakar Dampak Global Akibat Penutupan Selat Hormuz oleh Iran':
(ily/rrd)