Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran terkait dengan ekspor minyak. Ini merupakan hukuman pertama bagi Iran tak lama setelah negara di Timur Tengah itu menyepakati gencatan senjata dengan Israel pada 24 Juni 2025.
Sanksi yang diumumkan pada hari Kamis menyasar beberapa pihak, termasuk seorang pengusaha Irak bernama Salim Ahmed Said dan perusahaannya yang berbasis di Uni Emirat Arab. AS menuduh mereka menyelundupkan minyak Iran dengan mencampurnya bersama minyak Irak agar tidak terdeteksi.
Minyak itu lalu dijual ke pembeli Barat melalui Irak atau Uni Emirat Arab yang dibuat seolah-olah itu adalah minyak murni dari Iran. Praktik ini juga melibatkan dokumen palsu untuk menghindari sanksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perilaku Iran telah membuatnya terpuruk. Padahal mereka punya banyak kesempatan untuk memilih jalan damai, tapi para pemimpinnya justru memilih ekstremisme," kata Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dilansir dari Al Jazeera, Jumat (!4/7/2025).
AS juga menuding Said mengendalikan perusahaan berbasis di UEA bernama VS Tankers. Mereka disebut telah menyelundupkan minyak demi keuntungan pemerintah Iran dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang oleh pemerintah AS dikategorikan sebagai organisasi teroris.
Adapun sanksi ini membekukan aset pihak-pihak yang ditunjuk di wilayah AS dan melarang warga Negeri Paman Sam untuk melakukan bisnis dengan mereka.
Bessent menambahkan, Departemen Keuangan AS akan terus membidik sumber pendapatan Iran dan memperkuat tekanan ekonomi negara tersebut. Hal itu guna mengganggu akses rezim Iran terhadap dana yang diklaim AS digunakan untuk mendukung aksi-aksi yang mengacaukan kawasan.
Setelah gencatan senjata tercapai pada 24 Juni, Presiden AS Donald Trump sempat mengatakan bahwa China boleh membeli minyak Iran, yang mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran sanksi. Meskipun janji itu tidak bertahan lama.
Dalam unggahan media sosial minggu lalu, Trump menyatakan dirinya langsung menghentikan semua rencana pelonggaran sanksi. Itu dilakukan sebagai respons atas pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, yang mengklaim telah menang atas Israel.
Trump juga mengklaim bahwa dirinya telah menghentikan rencana Israel untuk membunuh Khamenei, dan menyelamatkan sosok penting di Iran itu dari kematian yang sangat buruk dan memalukan.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa Israel memang berniat membunuh Khamenei, namun tidak menemukan kesempatan operasional untuk melakukan serangan itu.
Pada 13 Juni lalu, Israel meluncurkan serangan udara terhadap Iran tanpa provokasi langsung. Serangan ini menewaskan ratusan warga Iran, termasuk warga sipil dan pejabat militer senior. AS turut bergabung dalam kampanye militer Israel dan menyerang tiga lokasi fasilitas nuklir Iran.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal ke Israel dan menyerang pangkalan udara di Qatar yang menampung tentara AS. Trump mengklaim serangan udara AS telah menghancurkan fasilitas nuklir Iran secara total.
Pada hari Rabu, Pentagon menyatakan bahwa operasi pengeboman tersebut telah membuat program nuklir Iran mundur selama satu hingga dua tahun. Namun hingga kini, belum jelas di mana Iran menyimpan persediaan uranium yang telah diperkaya tingkat tinggi.
Simak juga Video 'Pentagon Klaim Fasilitas Nuklir Iran Hancur Total: Mundur 2 Tahun':
(ily/fdl)