Meningkatnya jumlah pengangguran di China menimbulkan berbagai fenomena ekonomi sosial baru, misalkan saja usaha sewa kantor untuk pengangguran yang ingin pura-pura kerja. Melalui layanan itu para pengangguran dapat menyembunyikan fakta bahwa mereka tidak memiliki pekerjaan dari keluarga.
Melansir SCMP, Minggu (13/7/2025), tingkat pengangguran perkotaan untuk pemuda berusia 16 hingga 24 tahun di China sudah mencapai 15,8%. Artinya satu dari enam orang muda menganggur, yang membuat banyak orang akhirnya putus asa dan memilih untuk pura-pura sukses dengan bekerja di kantor fiktif.
Kondisi inilah yang kemudian membuat banyak layanan sewa kantor untuk pura-pura kerja bermunculan. Misalkan saja di provinsi Hubei, terdapat layanan sewa kantor yang mencakup ruang kantor dan makan siang seharga 30 yuan atau Rp 67.890 (kurs Rp 2.263/yuan) per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan 29,9 yuan per hari, Anda dapat 'bekerja' di sini dari pukul 10 pagi hingga 5 sore, termasuk makan siang," tulis salah satu penyedia layanan di media sosial.
Pengguna internet anonim lainnya mempromosikan layanan serupa, mengenakan biaya 50 yuan atau Rp 113.150 bagi mereka yang ingin berpose sebagai 'bos', duduk di kursi kulit dan mengambil foto untuk meyakinkan keluarga mereka.
"Banyak perusahaan besar yang memberhentikan pekerja. Saya punya kantor kosong dan berpikir ini bisa memberi para pengangguran tempat untuk tinggal dan bersosialisasi," tulis netizen tersebut.
Layanan semacam ini kemudian marak digunakan oleh para pengangguran, seperti yang dilakukan Jiawei, mantan karyawan e-commerce dari Hangzhou yang setelah perusahaannya bangkrut, ia menghabiskan hari-harinya di kedai kopi untuk melamar pekerjaan dan mengirim resume.
"Pengangguran memang membuat stres, tetapi saya tidak ingin menularkan hal negatif itu kepada keluarga saya," katanya dalam sebuah wawancara.
Jiawei meninggalkan kedai kopi pada waktu sepulang kerja seperti biasanya, terkadang keluar larut malam untuk meniru kerja lembur.
Sementara itu, Chen, mantan pekerja semikonduktor berusia 29 tahun dari provinsi Hubei juga melakukan hal serupa. Di mana setelah diberhentikan sekitar 2024 lalu, ia memilih untuk tidak memberitahu pacarnya.
Dengan dua bulan uang pesangon yang diterimanya, Chen menghabiskan hari-harinya di perpustakaan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian pegawai negeri provinsi.
Profesor pekerjaan sosial di Universitas Sains dan Teknologi Wuhan, Zhang Yong, mengatakan fenomena usaha sewa kantor untuk pengangguran pura-pura kerja ini terutama muncul imbas banyaknya tekanan bagi para pekerja khususnya dewasa muda untuk sukses.
"Masyarakat memberi banyak tekanan pada orang untuk berhasil, dan orang dewasa muda terkadang menetapkan ekspektasi pekerjaan mereka terlalu tinggi. Kejutan tiba-tiba karena kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan depresi," kata Zhang.
(acd/acd)