Belakangan ini cerita soal antrean pelamar kerja yang membludak di berbagai daerah jadi sorotan publik. Video dan foto antrean panjang di jobfair maupun walk-in interview viral di media sosial.
Terbaru, antrean pelamar kerja terlihat mengular di Kawasan Santiong, Cianjur hanya untuk satu lowongan di toko ritel. Para pelamar berbondong-bondong datang mengenakan seragam putih hitam, membawa map berisi dokumen lamaran dan rela mengantre panjang demi mendapat kesempatan bekerja.
Benarkah Indonesia darurat lapangan kerja?
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengamini bahwa fenomena darurat lapangan kerja memang terjadi di Indonesia. Utamanya untuk lowongan kerja yang sifatnya formal dan menyediakan tingkat kesejahteraan yang baik.
Dia menilai kapasitas penciptaan lapangan kerja di Indonesia sangat terbatas saat ini. Pertumbuhan lapangan kerja yang layak dan formal justru tak mampu mengikuti pertumbuhan angkatan kerja baru.
Maka wajar saja bila ada satu atau dua peluang kerja yang sekiranya mudah untuk didapatkan langsung diserbu oleh para pencari kerja.
"Iya benar (Indonesia darurat lapangan kerja). Terutama lowongan pekerjaan yang sifatnya formal, yang menyediakan tingkat kesejahteraan yang baik, kemudian mempunyai jaminan sosial, dan tingkatan atau jaminan keberlanjutan karir yang jelas," tegas Rendy kepada detikcom, Selasa (15/7/2025).
Hal serupa diungkap Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda. Menurutnya, minimnya lapangan kerja disebabkan sektor industri yang tak mengalami ekspansi. Dia melihat tren penurunan PMI manufaktur ke bawah 50 poin membuat produksi stagnan, kebutuhan tenaga kerja pun turun.
Bila produksi turun, maka kebutuhan tenaga kerja jelas akan berkurang. Artinya, pertumbuhan lapangan kerja baru akan sangat sedikit, bahkan tenaga kerja lama pun bisa berpotensi kena PHK.
"Kalau produksi tidak naik, ya kebutuhan tenaga kerja juga berkurang. Melihat kondisi ini, saya yakin pengangguran akan meningkat," sebut Nailul ketika dihubungi detikcom.
Tentu saja pemerintah perlu mengambil langkah yang lebih strategis untuk menangani masalah ini. Kembali ke Rendy, ada beberapa hal yang menurutnya harus dilakukan segera oleh pemerintah.
Misalnya saja menyediakan pelatihan vokasi yang relevan untuk kebutuhan industri. Kemudian, pemerintah pun mesti mendorong tumbuhnya sektor-sektor yang punya daya serap tenaga kerja tinggi, seperti industri manufaktur, agribisnis modern, dan ekonomi kreatif berbasis teknologi.
"Manufaktur khususnya sangat penting, karena punya potensi besar menyerap tenaga kerja skala luas, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," tegas Rendy.
Selain itu, Rendy juga meminta ada perbaikan soal sistem informasi ketenagakerjaan, hal ini perlu dibenahi agar transparan dan mudah diakses. Selanjutnya, investasi ke daerah perlu dipercepat agar lapangan kerja tidak terus terpusat di kota-kota besar.
Pemerintah juga harus menggenjot kembali roda-roda industri. Sebab bila dilihat datanya telah terjadi deindustrialisasi dini yang menunjukkan sektor industri tidak optimal. Proporsi manufaktur makin turun terhadap PDB selama 10 tahun ke belakang. Hal semacam ini harus dibenahi pemerintah.
Tonton juga video "Fenomena Lulusan Sarjana Jadi Sopir hingga ART, Ada Apa?" di sini:
(hal/acd)