Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan momen dirinya menghadiri rangkaian Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20. Ia menghadiri dua sesi utamanya yang membahas hambatan pembangunan di Kawasan Afrika dan pembiayaan berkelanjutan.
Pada sesi kelima tentang hambatan pembangunan di Kawasan Afrika, Sri Mulyani membahas salah satu hambatan yakni menurunnya ketersediaan dana konsesional sebagai tulang punggung pembiayaan pembangunan. Oleh karenanya, diperlukan cara baru yang lebih berkelanjutan.
"Seperti yang diajarkan Nelson Mandela kepada kita, kemajuan sejati hanya mungkin terjadi ketika kita memilih untuk bekerja sama melampaui perbedaan demi kebaikan bersama, dan hal itu selalu mustahil hingga tercapai," ujar Sri Mulyani, dikutip dari unggahan pada akun Instagram @smindrawati, Sabtu (19/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dunia sedang mengalami kegagalan, bukan hanya dalam adaptasi iklim tetapi juga dalam pendanaan iklim secara keseluruhan. Namun, kami sangat prihatin dengan menurunnya sumber daya konsesi yang tersedia bagi negara-negara Afrika," sambungnya.
Sri Mulyani menilai, partisipasi modal swasta dapat didorong untuk pembangunan publik, contohnya melalui platform seperti SDG Indonesia One dan Infrastructure Guarantee Fund. Selain itu, solidaritas global berupa kerja sama ekonomi antara negara berkembang dengan Kawasan Afrika perlu diperkuat.
Di sesi keenam terkait pembiayaan berkelanjutan, ia menyampaikan bahwa kesenjangan pembiayaan iklim makin lebar dan di saat bersamaan dampak perubahan iklim kian cepat terasa. Oleh karena itu, upaya seperti penguatan lembaga keuangan multilateral, peningkatan pembiayaan konsesional, percepatan mobilisasi modal swasta, serta creative blended finance menjadi sangat penting.
"G20 harus bertindak bukan hanya sebagai forum kekuatan ekonomi, tetapi juga sebagai mitra dalam kemajuan bersama," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mengambil peran melalui program-program seperti Dana Pooling Bencana dan asuransi pertanian. Selain itu, keran partisipasi modal swasta juga digerakkan lewat IDXCarbon.
"Inti dari pendekatan kami adalah kepemilikan negara. Kesenjangan pendanaan masih lebar, tetapi kami terus optimistis bahwa kami akan dapat bekerja sama. Itulah Nelson Mandela," kata dia.
(shc/hns)