Kenapa Garuda Pilih Borong 50 Boeing? Ini Hitung-hitungannya

Kenapa Garuda Pilih Borong 50 Boeing? Ini Hitung-hitungannya

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 22 Jul 2025 13:41 WIB
Boeing 787 aircrafts are seen at Boeings Everett Production Facility as they undergo joint verification Wednesday, June 15, 2022, in Everett, Wash. (Jennifer Buchanan/The Seattle Times via AP, Pool)
Foto: AP/Jennifer Buchanan
Jakarta -

Keputusan Garuda Indonesia membeli 50 unit pesawat Boeing dinilai tepat secara teknis dan bisnis. Dengan dominasi armada Boeing saat ini, langkah maskapai pelat merah itu disebut lebih efisien dan menguntungkan di masa depan.

Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo menyebut Garuda sudah lama lebih banyak mengoperasikan Boeing dibanding merek lain. Dengan prinsip communality, maskapai akan lebih hemat biaya jika armadanya didominasi oleh satu pabrikan.

"Kalau terkait pesawat jenis Boeing untuk Garuda, di maskapai itu ada prinsip communality. Artinya kalau pakai pesawat 1 jenis, itu akan lebih menguntungkan dibanding berbagai jenis. Nah di Garuda itu yang banyak kan Boeing, ada beberapa yang Airbus (A330) tapi sedikit sekali," ujar Gatot kepada detikcom, Selasa (22/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, hal ini tidak berarti Garuda sama sekali menutup peluang membeli pesawat Airbus, selama jenisnya tidak tumpang tindih dengan yang sudah dimiliki Boeing. "Kalau pesawat dari Airbus tipe tertentu dianggap diperlukan, ya tidak apa-apa dibeli. Tapi kalau tipe-nya sama dengan yang Boeing, misalnya A320 itu kan sama dengan Boeing 737, dengan prinsip communality sebaiknya Garuda pilih Boeing 737 saja," jelasnya.

Sementara itu, pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan faktor lain Garuda memilih Boeing adalah waktu tunggu produksi yang lebih cepat ketimbang Airbus. "Masa tunggu untuk Airbus bisa mencapai 5-8 tahun. Sedangkan Boeing lebih singkat, 3-5 tahun, tergantung jenis pesawatnya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Soal isu keselamatan Boeing yang belakangan ramai dibicarakan, Alvin menyebut persepsi publik memang sudah telanjur buruk. Namun, ia memastikan Boeing dan pemerintah AS telah melakukan pembenahan serius. "Masalah utama Boeing adalah sudah terlanjur terbentuk persepsi publik yang meragukan kualitas pesawatnya. Pemerintahan AS pun sudah membatasi kapasitas dan proses produksi agar Boeing bisa pulih," jelas Alvin.

Senada, Gatot juga mengingatkan bahwa semua pesawat yang sudah mengantongi sertifikasi kelaikudaraan dipastikan aman. Tinggal bagaimana maskapai mengoperasikannya sesuai prosedur.

"Jika sudah dinyatakan laik terbang, berarti pesawat itu, apapun jenisnya, Boeing, Airbus, ATR, Comac, N219, dan lain-lain, berarti sudah digaransi keselamatannya. Tinggal pengoperasian oleh maskapainya harus comply terhadap SOP dan aturan penerbangan," tutup Gatot.

Tonton juga video "Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Segini Harganya" di sini:

(hal/rrd)

Hide Ads