Kebakaran terjadi di Pasar Taman Puring, Jalan Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan malam ini, Senin (28/7/2025). Padahal pasar ini merupakan salah satu pusat jual-beli sepatu murah yang sudah lama dikenal masyarakat ibu kota.
Meski lama dikenal sebagai primadona oleh para pemburu sepatu murah. Sayangnya pasar yang menjual aneka barang dengan harga miring ini sudah sepi ditinggal pengunjung, bahkan jauh sebelum insiden kebakaran ini terjadi.
Selain tempat penjualan sepatu, Pasar Taman Puring juga dikenal sebagai salah satu pusat piringan hitam alias vinyl. Sebab sejak pertama kali dibangun tahun 1980-an, Taman Puring memang punya tempat tersendiri di kalangan pencari barang bekas berkualitas, termasuk vinyl.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom pernah menyambangi Pasar Taman Puring, yang terdiri dari dua lantai, pada 2023 lalu. Memasuki kawasan pasar, tampak toko-toko di kawasan ini tertata dengan rapi. Sebagian besar toko menjual produk sepatu, namun ada juga beberapa toko yang menjual baju, hingga tas dan kaca mata.
Baca juga: Sesepi Ini Pasar Taman Puring Jaksel Kini |
Berbeda dengan pasar pada umumnya di mana para penjual menawarkan barang dagangannya saat pengunjung melintas, di sini terlihat para pedagang hanya duduk di toko-nya masing-masing dan hanya fokus pada handphone.
Tidak hanya sepi pengunjung, kawasan pasar ini juga sepi penjual. Hal ini terlihat dari banyaknya toko yang ditutup. Di setiap koridor pasar selalu menemui toko tutup. Tak hanya satu dua, di beberapa koridor terlihat lebih banyak toko yang tutup daripada yang buka.
Salah seorang pedagang sepatu, Hendra (43) saat itu mengatakan sekitar 50% toko yang ada di pasar ini memang sudah tutup alias tidak jualan lagi. Sedangkan sisanya memang buka siang.
"Untuk toko yang buka antara 50-50 lah. Dari sekian banyak kios-kios di sini 50-50, selebihnya ada yang buka siang ada yang memang tutup (tidak jualan)," ungkap Hendra saat ditemui detikcom, Kamis (21/9/2023) lalu.
Ia mengatakan kondisi ini terjadi lantaran pasar semakin sepi pembeli usai maraknya e-commerce. Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya pandemi covid-19.
"Kondisi di lapangan (pasar) bisa dilihat sendiri sepi banget kaya begini, berbeda dengan tahun-tahun sebelum covid gitu ya. Meskipun ada media online kaya e-commerce itu tetap ramai nggak sesepi sekarang," katanya.
"Mulai dari pandemi, (jumlah pengunjung) agak menurun, ditambah lagi sekarang makin turun. Apalagi tambah sekarang online, semuanya mulai ke situ," tambah Hendra.
Pedagang lain yang menjual aksesoris seperti ikat pinggang, tas, hingga jam bernama Amar (40) mengaku Pasar Taman Puring mulai sepi sejak 2018 lalu. Sama seperti Hendra, ia merasa sepinya pasar diakibatkan banyaknya pembeli yang beralih ke toko online.
"Ya sejak dari 2018 lah. dulu kan jarang pakai online, orang belum lumrah lah ibaratnya, itu ramai (pengunjung) memang. Orang kan banyak ke sini. Nah sekarang era kemajuan kan mungkin," kata Amar.
Kemudian, pada Senin 23 Juni 2025, detikcom kembali menyambangi Pasar Taman Puring. Situasinya pun tak berubah dibandingkan 2023 lalu.
Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi hanya sesekali pengunjung yang melewati lorong-lorong pasar. Sepinya Pasar Taman Puring juga sempat diperparah pandemi COVID-19. Sayangnya, kondisi era COVID ternyata tetap bertahan saat ini.
Padahal, Pasar Taman Puring dulu ramai karena menjual barang dengan harga terjangkau lewat negosiasi. Selain tempat penjualan sepatu, Pasar Taman Puring juga dikenal dengan aksesoris mobil dan sound system. Kini, keberadaannya terancam akibat pergeseran ke belanja online.
(hns/hns)