Industri perangkat lunak di India sedang menghadapi masa krusial. Raksasa teknologi sekaligus pemberi kerja swasta terbesar di India, Tata Consultancy Services (TCS), mengumumkan akan memangkas lebih dari 12.000 karyawan di level manajemen menengah dan senior.
Langkah ini berarti pengurangan sekitar 2% dari total tenaga kerja perusahaan. TCS yang berbasis di Mumbai mempekerjakan lebih dari setengah juta pekerja IT dan dianggap sebagai barometer utama bagi sentimen bisnis dalam industri perangkat lunak India yang bernilai US$ 283 miliar.
Dikutip dari BBC, Rabu (30/7/2025), TCS menjadi tulang punggung pekerjaan formal kelas menengah di negara itu. TCS menyatakan bahwa keputusan ini diambil demi mempersiapkan perusahaan menghadapi masa depan, seiring dengan investasinya di sektor-sektor baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerapan kecerdasan buatan (AI) juga dilakukan secara besar-besaran, di tengah guncangan besar terhadap model bisnis tradisional mereka. Selama beberapa dekade, perusahaan seperti TCS bergantung pada tenaga kerja terampil berbiaya rendah untuk membuat perangkat lunak bagi klien global dengan ongkos murah.
Namun strategi ini kini tergeser oleh otomatisasi AI yang mengambil alih banyak tugas, serta oleh tuntutan klien yang menginginkan solusi lebih inovatif, bukan sekadar penghematan biaya tenaga kerja.
"Kami telah menjalankan sejumlah inisiatif pelatihan ulang dan penempatan kembali," kata TCS dalam pernyataan resminya. Perusahaan juga akan melepaskan karyawan yang penempatannya dianggap tidak memungkinkan lagi dalam struktur organisasi.
"Di seluruh perusahaan IT, para manajer (yang hanya mengatur orang) mulai dilepas, sementara para pelaksana langsung (yang mengerjakan tugas teknis) dipertahankan untuk merampingkan tenaga kerja dan meningkatkan efisiensi," kata Neeti Sharma, CEO perusahaan perekrutan tenaga kerja TeamLease Digital.
Ia menambahkan bahwa saat ini terjadi lonjakan besar dalam perekrutan teknologi baru, seperti di bidang AI, cloud computing, dan keamanan data. Namun peningkatan itu belum mampu mengimbangi kecepatan PHK yang sedang terjadi.
Pengumuman TCS ini, kata para ahli, juga menyoroti adanya ketimpangan keterampilan yang tajam dalam industri perangkat lunak India. Dengan meningkatnya produktivitas akibat AI generatif.
"Pergeseran teknologi ini memaksa perusahaan untuk mengevaluasi kembali struktur tenaga kerja mereka, dan mempertimbangkan apakah sumber daya harus diarahkan ke peran-peran yang bisa melengkapi kemampuan AI," kata ekonom Rishi Shah dari Grant Thornton Bharat.
Menurut asosiasi industri perangkat lunak India, Nasscom, negara itu membutuhkan satu juta tenaga ahli AI pada tahun 2026. Namun saat ini, bahkan kurang dari 20% profesional IT di India yang memiliki keterampilan AI.
Meskipun perusahaan teknologi saat ini menggelontorkan dana besar untuk pelatihan keterampilan baru demi mempersiapkan talenta AI masa depan,
para pekerja yang tidak memiliki keterampilan tersebut tetap menjadi korban PHK.
Meningkatnya adopsi AI di AS juga mendorong perusahaan-perusahaan di sana untuk menegosiasikan biaya yang lebih rendah, sehingga perusahaan TI India yang padat karya pun terpaksa bekerja dengan jumlah karyawan yang lebih sedikit.
Dampak berantainya mulai terasa di kota-kota seperti Bengaluru, Hyderabad, dan Pune, yang dulunya merupakan pusat pertumbuhan industri IT India.
Diperkirakan sekitar 50.000 pekerja di sektor ini kehilangan pekerjaan tahun lalu, dan terjadi penurunan 72% dalam jumlah penambahan karyawan baru di enam perusahaan IT terbesar di India.
Semua perkembangan ini bisa membawa dampak sistemik bagi ekonomi India secara keseluruhan, yang memang selama ini sudah kesulitan menciptakan lapangan kerja bagi jutaan lulusan muda yang masuk dunia kerja setiap tahunnya.
Beberapa tahun lalu, perusahaan-perusahaan besar IT India masih mampu menyerap 600.000 lulusan baru setiap tahun. Kini, angka itu anjlok drastis menjadi sekitar 150.000 dalam dua tahun terakhir.
Tonton juga video "Fenomena Lulusan Sarjana Jadi Sopir hingga ART, Ada Apa?" di sini:
(ily/kil)